Komentari RUU Permusikan, Professor Musik Amerika: Kasihan Musisi Indonesia Dibungkam
Pro kontra ruu Permusikan di Indonesia menarik perhatian Professor dangdut dan musik underground darI Amerika Serikat Jeremy Wallach.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Anita K Wardhani
Satu di antara hasil penelitian lapangannya di beberapa kota besar di Indonesia pada 1997 sampai 2001, Jeremy menemukan bahwa rakyat di Indonesia adalah rakyat yang “cair” dan tidak kaku seperti di tempat asalnya, Amerika Serikat.
Hal itu ia dapatkan tidak hanya dengan duduk di perpustakaan, namun juga mendatangi konser-konser dangdut, punk, metal dan musik lainnya.
Tidak hanya itu, ia juga bahkan menuliskan pengalamannya nongkrong di warung-warung kopi, warteg, atau pos satpam untuk mengetahui bagaimana masyarakat Indonesia menikmati dan mengalami musik pada saat itu.
Bahkan saat itu, ia juga sengaja mendatangi klub-klub malam elit di beberapa kota besar yang biasa menampilkan hiburan berupa musik dangdut dari artis-artis ternama ibukota.
Secara umum, penelitian Jeremy memperlihatkan bahwa musik-musik populer di Indonesia misalnya dangdut, punk, dan metal yang sering dianggap kampungan oleh orang Indonesia sendiri justru termasuk ke dalam musik modern yang dapat dianggap sebagai simbol identitas nasional rakyat Indonesia yang “cair” dan beragam.
Hasil penelitiannya itu sudah dibukukan, diterjemahkan, dan diterbitkan Penerbit Komunitas Bambu berjudul "Musik Indonesia 1997 - 2001: Kebisingan dan Keberagaman Aliran Lagu".