Angst Karya Yayu Unru Bakal Dihelat 27-29 Juni 2019 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta
Para aktor panggung yang merasa pernah menjadi murid aktor legenda Didi Petet mencoba mengenang sang guru dengan pertunjukan teater.
Editor: Toni Bramantoro
![Angst Karya Yayu Unru Bakal Dihelat 27-29 Juni 2019 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/angst-karya-yayu-unru-bakal-dihelat-27-29-juni-2019-di-teater-kecil-taman-ismail-marzuki-jakarta.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para aktor panggung yang merasa pernah menjadi murid aktor legenda Didi Petet mencoba mengenang sang guru dengan pertunjukan teater.
"Secara rutin kami para murid almarhum Didi Petet ingin mengenang dengan pertunjukan teater yang diharapkan bisa menginspirasi generasi muda, agar selalu menghargai orang yang dianggap guru dalam bidangnya masing-masing," ungkap Yayu Unru aktor panggung yang mengaku banyak menimba ilmu keaktoran dari Almarhum
Didi Petet, Rabu (19/6/2019).
Di benak Yayu Unru, MRT (Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit) tak sekedar besi; benda mati. Namun ada persepsi indera; sinyal estetis sebagai sebuah rangkaian ‘kerja’ dari rasa.
Angkutan massal yang keberadaannya di Jakarta masih ‘seumur jagung’ ini menjadi kajian keindahan; medium ekspresi bagi Yayu Unru dan komunitas (pantomim) ke dalam lakon panggung; bertajuk ’Angst’
"Angst’ mengandung pengertian; ketakutan; kecemasan (bahasa Jerman). “Kecemasan dan ketakutan yang kian hari makin dirasakan manusia. Terutama dalam hal mengemukakan pendapat. Apakah itu menyoal politik atau agama,” jelas Yayu Unru,
Di Indonesia MRT terbilang baru. Jenis angkutan massa ini pertama kali diperkenalkan di Inggris, tahun 1807, dan merupakan bentuk awal MRT di dunia.
Angkutan ini digunakan hampir di banyak kota menengah dan besar di Eropa, Amerika, dan di beberapa kota besar di Asia.
Bagi Yayu, MRT menjadi fenomena sosiologis menarik. Muara dari seluruh kelas sosial berinterksi. Itulah yang menjadi alasan mengapa MRT menjadi medium ekspresinya.
Yayu ingin merefleksikan dan memotret kondisi sosial saat ini melalui pementasan seni yang disutradarainya.
Potret situasi politik yang menunjukkan kecenderungan dampak global penggunaan politik ketakutan (politics of fear). Atmosfer politik yang lebih diwarnai hilangnya akal sehat dan tidak mencerdaskan masyarakat.
Rasa cemas, gelisah, takut, kata Yayu, adalah manusiawi dan bagian dari emosi. Namun saat seseorang terlalu sering merasa cemas, takut, panik atas hal-hal yang sebenarnya biasa saja, maka bisa jadi orang itu mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan).
"Saya Islam; muslim, tapi mendadak cemas ketika mendengar ada teriakan Allahu akbar. Tiba-tiba merasa ada yang menjadi korban, ada yang terluka dan lain sebagainya,” tutur Yayu memformulasikan gagasannya.
Maka ’Angst’ ditampilkan minim kata-kata. Tubuh dan ekspresi menjadi isyarat dan artifak; komunikasi non-verbal.
“Bahasa kita bebasin dari pemahaman. Ada pembebasan kata. Namun orang dapat menafsir,” ujar seniman pantomim, dan aktor film yang menuai banyak penghargaan ini.
Pementasan ’Angst’ diproduksi komunitas seni Aktor Regu Kerja (ARK). Komunitas ini merupakan transformasi dari kelompok seni pantomime Sena Didi Mime (SDM) yang dulu digagas aktor Didi Petet dan Sena A. Utoyo, almarhum.
’Angst’ melibatkan banyak anak-anak dan remaja, antara lain; *Almanzo Konoralma, Richard Kalipung, Damar Rizal Marzuki, Satria Agustani Saputra, Amir Bani Musran, Ahmed, Aria Andi Aziz, Made Adryan, Mikhael Pradipta Hernan, Stella Kamagi, Ihsan Setyadi, Sakilla Hanifa Nissa, dan Wina Luthfiyya.
“Keterlibatan mereka diharapkan lebih mendorong generasi millennial agar semangat berkarya, serta dapat lebih menghayati esensi seni peran,” kata Yayu.s.
Pertunjukannya sendiri dimulai pada 26 Juni 2019. Aktor regu kerja kembali hadir Wajah Rinduku.
Sementara pertunjukan Angst karya Yayu Unru bakal dihelat 27-29 Juni 2019 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta.