Dalam 6 Hari, Petisi Pendirian Patung Didi Kempot di Stasiun Balapan Didukung 22 Ribu Orang Lebih
Petisi pendirian patung Didi Kempot di Stasiun Balapan Solo, Jawa Tengah, telah didukung lebih dari 22 ribu orang hingga Minggu (10/5/2020).
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Petisi pendirian patung atau memorabilia Didi Kempot di Stasiun Balapan Solo, Jawa Tengah, telah ditandatangni oleh lebih dari 22 ribu orang hingga Minggu (10/5/2020).
Hingga berita ini ditulis, sudah ada 22.183 orang yang menandatangani petisi ini.
Diketahui, petisi ini dibuat pada Selasa (5/5/2020) di hari meninggalnya sang maestro campur sari.
Petisi ini dibuat oleh pria asal Solo, Hanindha Cholandha (27).
>>>klik di sini untuk masuk ke laman petisi<<<
Hanindha mengaku kaget dengan dukungan petisi yang didapatkan.
"Pasti kaget ya, wong ini berawal dari iseng-iseng, obrolan sama temen-temen deket, malah ternyata ada 22 ribu orang lain yang memiliki pemikiran yang sama," ujar Hanindha kepada Tribunnews.com melalui WhatsApp, Minggu (10/5/2020).
"Apalagi ternyata ini dinotice sama fanbase-nya pakdhe (Didi Kempot) sendiri. Jadi bisa dapet audiens yang lebih luas lagi," ujarnya.
Sebelumnya, kepada Tribunnews.com Hanindha mengungkapkan sebuah patung Didi Kempot atau memorabilia lain layak didirikan di Stasiun Balapan Solo sebagai penghormatan untuk sang maestro campursari.
Atas dasar itu Hanindha membuat petisi online melalui change.org agar didirikannya memorabilia Didi Kempot di Stasiun Balapan Solo.
Petisi tersebut ditujukan untuk PT KAI, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
"Ini bentuk penghormatan untuk Pakde (Didi Kempot), supaya Pakde tetap bisa dikenang dengan cara sederhana," ungkap Hanindha saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (8/5/2020).
"Bagaimana Pakde menghibur kita dengan caranya yang sungguh sederhana," ujarnya.
Baca: Makam Didi Kempot Masih Ramai Dikunjungi, Pengamanan Dilakukan hingga Malam Hari
Pemilik usaha layanan jasa produksi audio dan warung gudeg tersebut menilai pembuatan memorabilia berupa patung dan sejenisnya lebih mengena sebagai sebuah penghormatan.
"Juga simpel, dirawat, tapi terlihat banyak orang, bisa jadi obyek wisata dalam tanda kutip," ujarnya.
Pertama Kali Mengenal Didi Kempot
Sementara itu, Hanindha pertama kali mengenal Didi Kempot dengan lagu Stasiun Balapan Solo justru saat di Jakarta.
"Waktu lagu Stasiun Balapan rilis tahun 1998, saya tidak di Solo, tapi di Jakarta, yang mengenalkan ART saya," ungkapnya.
Menurut Hanindha, Didi Kempot mampu mengenalkan Solo melalui lagu.
"Jadi secara tidak langsung Pakde (Didi Kempot) memperkenalkan Solo kepada orang yang nggak tau Solo meskipun hanya mengenalkan tempat, yakni Stasiun Balapan," ujarnya.
Hanindha menyebut dirinya sudah sejak lama berpikir mengenai adanya patung Didi Kempot di Stasiun Balapan.
"Pikiran saya sejak lama, seandainya beliau tidak ada, akan lebih layak jika dibuatkan memorabilia di Stasiun Balapan," ungkapnya.
Hanindha juga mengharap ada memorabilia di tempat lain di luar Solo yang pernah dibuatkan lagu.
Menurutnya, membuat memorabilia seperti patung dan sejenisnya akan sangat berarti.
"Bisa mengenang seseorang dengan sederhana tapi nempel," ujarnya.
Hanindha menyebut semua kesuksesan mainstream Didi Kempot dimulai sejak rilisnya single Stasiun Balapan pada 1998 yang membuat sang penyanyi mulai dikenal di luar Jawa, bahkan hingga Suriname.
"Sebagai bentuk penghargaan kepada beliau, saya memohon kepada PT KAI, Pemprov Jawa Tengah, Pemkot Surakarta dan siapapun yang terlibat dalam kepengurusan Stasiun Solo Balapan, agar membuatkan sebuah memorabilia Didi Kempot di area stasiun," ujarnya.
Namun Hanindha mengungkapkan memorabilia tidak harus berwujud patung Didi Kempot.
"Bentuknya bisa apa saja, patung Didi Kempot, prasasti lirik lagu Stasiun Balapan, atau apapun.
Mengingatkan kita bahwa secara tidak langsung Didi Kempot memperkenalkan kota Solo dan Stasiun Balapan kepada khalayak," ujarnya.
Baca: Nama Judika Sempat Disebut oleh Didi Kempot untuk Agenda Konser Setelah Pandemi
Hanindha menyebut jika petisi ini dibuat tidak untuk dieksekusi secara terburu-buru.
"Ini tidak terlalu mendesak, mengingat situasi pandemi masih belum berakhir.
Tapi, kami mohon agar petisi ini dapat direspons sebagai wujud kepedulian pada tokoh budaya dan musisi legendaris yang memperkenalkan kota Solo kepada khalayak melalui lagunya," ujar Hanindha.
Hanindha mengungkapkan petisi ini juga dibuat agar masyarakat makin menghargai seniman.
"Agar karya mereka selalu abadi, dan ketokohan mereka tidak luntur ditelan zaman," tulisnya.
"Terima kasih, salam ambyar!" pungkasnya.
Diketahui Didi Kempot tutup usia pada Selasa (5/5/2020) pagi di RS Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah.
Jenazah maestro Didi Kempot dimakamkan di TPU Dukuh Jatisari, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Selama berkarya 30 tahun, Didi Kempot disebut telah menulis sekitar 800 lagu.
Baca: Didi Kempot dan Lagu dengan Latar Stasiun Balapan Solo yang Bikin Ambyar
Lirik dan Arti Lagu Stasiun Balapan
Ning Stasiun Balapan
(Di Stasiun Balapan)
Kutha Sala Sing Dadi Kenangan
(Kota Solo yang menjadi kenangan)
Kowe Karo Aku
(Kau dan aku)
Nalika Ngeterke Lungamu
(Ketika mengantar pergimu)
Ning Stasiun Balapan
(Di Stasiun Balapan)
Rasane Kaya Wong Kelangan
(Rasanya seperti orang kehilangan)
Kowe Ninggal Aku
(Kau tinggalkan aku)
Ra Krasa Netes Eluh Ning Pipiku
(Tak terasa, menetes air mata di pipiku)
Da... Dada Sayang
(Da.... Dada sayang)
Da... Slamat Jalan
(Da... Selamat jalan)
Janji Lunga Mung Sedela
(Janji hanya pergi sebentar)
Jare Sewulan Ra Ana
(Katanya tak sampai sebulan)
Pamitmu Nalika Semana
(Pamitmu saat itu)
Ning Stasiun Balapan Sala
(Di Stasiun Balapan Solo)
Janji Lunga Mung Sedela
(Janji hanya pergi sebentar)
Malah Tanpa Kirim Warta
(Malah sekarang tanpa kabar)
Lali Apa Pancen Nglali
(Lupa atau memang pura-pura lupa)
Yen Eling Mbok Enggal Bali
(Kalau ingat lekaslah kembali)
Ning Stasiun Balapan
(Di Stasiun Balapan)
Kutha Sala Sing Dadi Kenangan
(Kota Solo yang menjadi kenangan)
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)