Beda dengan Parasite, 'Minari' Nominasi Oscar yang Menjungkirbalikkan Stereotip Soal Imigran Asia
'Minari' disutradarai oleh orang Amerika keturunan Korea, Lee Isaac Chung dan sebagian ceritanya didasarkan pada kisah masa kecilnya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Moon, perempuan berusia 44 tahun ini berperan sebagai Nyonya Oh, seorang imigran Korea paruh baya dan merupakan penduduk Arkansas yang sudah lama menetap serta bekerja di pabrik milik orang tua Yi.
"(Academy Awards) itu merupakan momen tertinggi yang luar biasa: 'Minari' mendapatkan enam nominasi Oscar. Saat orang Asia di sini sedang merayakannya, kemudian 24 jam kemudian ada penembakan yang menargetkan perempuan Asia. Rasanya seperti kami sedang naik daun dan kemudian dijatuhkan lagi agar lebih tahu posisimu, rasanya seperti dibanting," tegas Moon.
Baca juga: Korsel Perkenalkan Dua Teknologi Baru untuk Alat Test Covid-19, Warga Bisa Swab Mandiri
Mengacu pada karakter yang ia perankan, menurutnya, Nyonya Oh adalah sosok perempuan yang terbebas dari hierarki kelas yang kaku.
"Ia ingin cukup dekat dengan imigran Korea lainnya, apa kalian tahu, kami bahkan sering bertengkar satu sama lain. Tapi Nyonya Oh tidak begitu, ia tidak memimpikan kehidupan yang lebih baik, hidupnya damai di pedesaan Amerika di antara orang-orang kulit putih yang naif dan lugu ini," jelas Moon.
Karakter Nyonya Oh yang diperankan Moon merupakan salah satu dari beberapa karakter dalam film yang menjungkirbalikkan stereotip pengalaman imigran Asia di AS.
Profesor di Harvard University, Alexander Zahlten yang berfokus pada kajian media Asia Timur, memuji 'pengemasan berbeda' dari pengalaman diaspora pada film tersebut yang ditampilkan oleh Moon.
Ia menilai ini adalah pengingat baru bahwa para imigran bermigrasi ke AS untuk alasan yang kompleks.
"Karakter Nyonya Oh menurut saya sangat penting, karena ia berhasil membantah gagasan bahwa komunitas imigran ditentukan oleh ras, bahasa, atau gagasan dari latar belakang budaya," kata Zahlten.
Moon selama ini hidup berpindah-pindah antara Korsel dan AS hingga usianya 16 tahun.
Saat memutuskan untuk menetap di AS, langkah ini membuatnya sangat sensitif terhadap dikotomi antara budaya Asia dan Barat.
Film 'Minari' menyoroti keduanya, di AS, keempat anggota keluarga Yi dipaksa untuk menemukan kembali jati diri mereka sendiri di lanskap Arkansas yang luas dengan lebih sedikit batasan sosial.
Mereka menghadapi kegagalan dan kemiskinan, saat simpanan uang mereka semakin menipis.
"Jelas ada tekanan akademis yang lebih sedikit setelah saya kembali ke AS untuk menjalani hidup pada usia 16 tahun. Di Korea, anda memiliki satu kesempatan untuk kuliah di perguruan tinggi, sedangkan di AS, semua rencana itu kemungkinan akan gagal, masih sangat sulit untuk mendapatkannya di sini. Bahkan orang Korea yang berpendidikan pun akan mengambil jenis pekerjaan terampil hanya untuk mendapatkan green card mereka," papar Moon.
Keindahan alam bagian Selatan AS yang mendominasi hampir setiap pengambilan gambar 'Minari', menandai rilisnya sinema Asia baru-baru ini yang menjangkau penonton internasional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.