Jadi Pengisi Suara di Film Raya and The Last Dragon, Eva Celia Belajar Letakkan Emosi
Eva Celia harus mengerti bahwa melakukan dubbing perlu meletakkan emosi dan mood dalam kata atau kalimat yang dia bacakan.
Editor: Anita K Wardhani
"Awalnya bahkan sampai mikir, 'orang-orang lihat gue aneh engga ya?' Cuma ternyata it is normal (mengisi suara sembari mengikuti gestur tokoh animasi)," tutur Eva.
Kendala lain yang dihadapi Eva saat mengisi suara untuk karakter Namaari yakni tempo dalam membaca teks.
Naskah asli film animasi Raya and The Last Dragon ditulis dalam bahasa Inggris.
Sedang naskah yang menjadi acuan Eva dalam memerankan karakter Namaari berbahasa Indonesia.
"Bahasa yang kita gunakan juga sebenarnya bahasa Indonesia yang baku, dan kadang fasenya cepat karena mungkin in English, terus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kalimatnya jadi lebih panjang," tutur Eva.
"Dan kadang-kadang harus ngomongnya cepat dan buat aku itu kayak lumayan menantang," sambung dia.
Selain itu karakter Namaari yang diperankan Eva adalah tokoh antagonis yang berwibawa.
Dalam film Raya and The Last Dragon, Namaari adalah putri dari Ratu di Negeri Taring.
Eva awalnya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan suaranya dengan karakter dan kepribadian Namaari.
Itu dikarenakan Eva memiliki suara tinggi.
"Sebagai Namari, her voice is quite different, dan aku kayaknya suaranya lebih cempreng, kurang berwibawa," kata Eva sembari tertawa.
"Jadi pasti diberitahukan kayak, Eva agak lebih dewasa sedikit ya (suaranya). Mohon maaf nih, kebiasaan. Jadi awalnya memang agak kesulitan, I think it turned out good," sambung dia.