Teringat Janji Brigadir J Soal Rencana Wisuda, Ibunya Drop, Keluarga Menyebutnya Kena Mental
Apa yang sebenarnya dialami oleh Rosti Simanjuntak, ibu Brigadir J? Padahal setelah melakukan cek lab, kondisi fisik Rosti baik-baik saja.
Editor: Willem Jonata
Kata Roslin karena yang terkena adalah mental dan psikisnya yang membuat Rosti selalu bersedih.
Apa sebenarnya yang dialami ibunda Brigadir J?
Tidak ada yang mau ditinggal pergi selamanya oleh orang tersayang. Rasa sedih dan kehilangan mendalam tentu hadir di tengah peristiwa memilukan tersebut.
Namun tahukah Anda, kematian orang tercinta juga bisa menyebabkan gangguan mental? Itulah yang dialami Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir J.
Seperti diberitakan Kompas.com, rasa sedih adalah hal yang wajar terjadi ketika kita kehilangan orang tercinta.
Kesedihan tersebut biasanya diekspresikan secara fisik, emosional, dan psikologis.
Misalnya, menangis adalah ekspresi fisik, sedangkan depresi adalah ekspresi psikologis.
Jika kesedihan tersebut terus berlaru-larut, bisa jadi adalah pertanda dari prolonged grief disorder.
Prolonged grief disorder merupakan gangguan kesedihan yang berkepanjangan mengacu pada sindrom yang terdiri dari serangkaian gejala yang berbeda setelah kematian orang yang dicintai.
Seseorang yang mengalami sindrom tersebut biasanya mengalami kesedihan mendalam secara intesif selama lebih dari 12 bulan usai kematian orang yang dicintainya.
Biasanya, kesedihan berlarut-larut tersebut menyebabkan seseorang selalu teringat pada orang yang dicintainya hingga mengganggu aspek-aspek lain kehidupan mereka.
Namun, ada juga yang berusaha menghindari ingatan atau kegiatan yang mengingatkan mereka akan peristiwa kehilangan tersebut.
Bahaya prolonged grief disorder Melansir Mayo Clinic, prolonged grief disorder dapat memengaruhi kita secara fisik, mental, dan sosial.
Tanpa perawatan yang tepat, sindrom tersebut bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti:
- Depresi
- Pikiran atau perilaku bunuh diri
- Kecemasan, termasuk PTSD
- Gangguan tidur yang signifikan
- Peningkatan risiko penyakit fisik, seperti penyakit jantung, kanker atau tekanan darah tinggi
- Kesulitan jangka panjang dengan kehidupan sehari-hari, hubungan atau aktivitas kerja
- Alkohol, penggunaan nikotin, atau penyalahgunaan zat.
Melansir laman Psycom.net, kematian orang tersayang yang terjadi secara tiba-tiba bisa menimbulkan respons emosional yang kuat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.