Faqih Difran Hanif Sukses Jadi Influencer yang Bagikan Konten Tentang Kesehatan
Faqih aktif memberikan konten berisikan edukasi soal kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19
Penulis: Bayu Indra Permana
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Influencer Faqih Difran Hanif viral di media sosial belakangan ini, terutama ketika pandemi Covid-19 sedang tinggi di Indonesia.
Faqih aktif memberikan konten berisikan edukasi soal kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19.
Ia aktif Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) yang kerap ikut andil dalam tanggap penanggulangan bencana, bakti sosial, penyuluhan hingga putus rantai penyebaran Covid-19.
Beberapa kali ia memberikan edukasi, pemberian masker dan hansanitizer gratis diawal pandemi, penyaluran APD untuk tenaga medis, hingga mengikuti kegiatan penyelenggaraan vaksinasi.
“Saya aktif dalam organisasi untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi masyarakat, saya menjabat sebagai direktur eksekutif di LKMI, yang tentu secara langsung terlibat dalam penanggulangan bencana seperti tsunami di Banten, tsunami di Palu, gempa di Lombok dan yang terakhir banjir besar yang sempat melanda Jakarta," beber Faqih Difran kepada awak media, Senin (7/11/2022).
Baca juga: Lockdown China Tak Mempan Membendung Covid-19, Infeksi Melonjak Tertinggi dalam 6 Bulan
"Saya senang terlibat dalam kegiatan memutus rantai penyebaran Covid-19 di mulai sejak Februari 2020 saat Covid-19 pertama kali masuk dengan melakukan kegiatan pencegahan kepada masyarakat," lanjutnya.
Belakangan ia mulai membuat konten edukasi soal obat melalui akun instagram @bijakobat.id dan @faqih.dh. Ia memberikan edukasi seputar kesehatan terutama mengenai obat, skincare, herbal dan penyakit termasuk Covid-19.
Faqih melibatkan puluhan apoteker dan non apoteker yang selalu siap melayani tidak hanya edukasi tetapi jugs konseling dan konsultasi kesehatan bersama apoteker.
“Saya melihat peningkatan penggunaan obat selama pandemi terutama obat antibiotik yang di beli dan dikonsumsi masyarakat tanpa resep, bisa meningkatkan angka resistensi antibiotik, dan tentu masyarakat perlu mendapat edukasi agar hal-hal tersebut (resistensi antibiotik) bisa kita di hindari” beber Faqih.