Lagu Sa Kong Sa, Ekspresi Resah Usman Hamid Atas Situasi Hukum Politik Negara dan Perilaku Pejabat
Lagu "Sa Kong Sa" dipengaruhi musik Guns and Roses dan Rage Against The Machine. Usman Hamid menggarapnya sendiri sejak November 2022.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Aktivis sekaligus advokat Usman Hamid menuangkan keresahannya terhadap tunggang langgang situasi hukum di Tanah Air dalam sebuah lagu rock berjudul "Sa Kong Sa".
Lagu itu juga sarat kritik seputar perilaku pejabat yang kerap berfoya-foya dari uang pajak; pungutan dan setoral illegal di kalangan aparat pemerintahan, serta pelaku bisnis; hingga kekerasan aparat dalam Tragedi Kanjuruhan. Termasuk pembunuhan polisi junior secara sadis.
"Karya musik ini adalah ekspresi resah saya atas situasi hukum dan politik negara. Di luar itu, saya mencoba menuangkan hasrat musik rock yang tumbuh sejak masih sekolah,” kata Usman saat acara peluncuran lagu tersebut di Bentara Budaya Jakarta, Jumat sore, 31 Maret 2023.
Di acara perilisan lagu "Sa Kong Sa", Usman ditemani mantan vokalis Dewa 19 Once Mekel dan Fajar Merah, musisi muda yang merupakan putera dari penyair Wiji Thukul yang diculik dan dihilangkan pada tahun 1997/1998.
Baca juga: Kisah Seorang Dokter di Solo, Pernah Kritis karena Covid-19, Kini Buat Lagu Kritik Pemudik
Lagu ini banyak dipengaruhi musik rock alternatif seperti Guns and Roses dan Rage Against The Machine. Usman menggarapnya sendiri sejak November 2022.
Dengan bantuan sahabat-sahabatnya, Usman membuat video klip sederhana untuk melengkapi peluncuran “Sa Kong Sa” dengan konsep hitam putih tanpa menampilkan sang pencipta lagu.
Uniknya video klip tersebut dibuat menggunakan ponsel Usman sendiri.
“Saya memilih genre rock karena musik ini berpengaruh besar dalam hidup saya sehingga terjun di dunia aktivis. Sekalian melepaskan energi dan emosi atas realitas. Syukur jika bisa turut serta menyuarakan kebaikan dan menggerakkan hati, kata Usman.
“Sa Kong Sa” adalah istilah berbahasa Mandarin yang artinya 303. Ini merupakan sebutan untuk sebuah konsorsium praktik judi yang masih illegal di Indonesia. Isu ini sempat mencuat dalam kasus Nofryansah Joshua Hutabarat yang kematiannya menyimpan misteri terkait sebab musababnya.
“Proses penulisan lagu ini berawal ketika saya sulit tidur karena pikiran terus tertuju pada bahan-bahan informasi yang saya terima di luar berita. Ini bukan sekadar skenario bohong atas tewasnya Joshua. Tapi potret besar rusaknya institusi negara,” katanya.
“Mulanya saya rekam di telepon selular saat main gitar akustik. Lalu direkam di sebuah kamar milik seorang kawan musisi. Insya Allah ada lagu-lagu susulan yang bercerita isu lingkungan hidup, seperti nasib penggembala kerbau di Lombok.
Lagu kedua mengangkat Tragedi Kanjuruhan, yang mencerminkan kecamuk hati saya begitu mengetahui 135 nyawa penonton terenggut akibat kesewenang-wenangan dan hingga kini kasusnya #dak diusut secara adil. Lewat lagu ini, saya juga ingin mengusik di mana rasa kemanusiaan pihak-pihak berwenang atas tragedi ini? Mohon simak lagunya ya,” tambah Usman.