Cerita Kepanikan Chikita Meidy Anaknya Divonis Kawasaki Disease, Ternyata Salah Diagnosis
Ternyata penyakit yang dialami anaknya adalah infeksi bakteri. Karena penyakit tersebut anaknya demam tinggi hingga mimisan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Chikita Meidy mengatakan putranya sempat mengalami infeksi bakteri hingga tubuhnya demam tinggi, bahkan sampai mimisan. Kini kondisinya membaik.
Namun, sebelumnya itu Chikita Meidy dibuat panik. Dokter mendiagnosis anaknya mengalami penyakit kawasaki.
"Di rumah sakit pertama, didiagnosisnya ke arah penyakit kawasaki. Cuma setelah dibawa ke rumah sakit lain, ternyata misdiagnosis, anakku rupanya terkena infeksi bakteri," kata Chikita Meidy ketika ditemui di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2023) malam.
Sebelum ke rumah sakit, Meidy mengompres pakai air es dan mimisan yang dialami anaknya mereda.
Namun, demam belum turun hingga akhirnya Meidy dan sangs uami bawa anak mereka ke rumah sakit.
"Dilarikan ke IGD, dipasang infus, kemudian diambil darah," sambungnya.
Dua jam kemudian, hasil cek darah pun keluar tertulis ada CRV mencapai 179 sampai 265, dan leukositnya 23 ribu yang harusnya tidak boleh dari 17 ribu.
"Ini menandakan infeksi bakteri hebat didalam perutnya Javier. Akhirnya demam tinggi," ungkapnya.
Meidy diminta menandatangani persetujuan apapun tindakan yang dilakukan oleh dokter. Ia percayakan tenaga medis di rumah sakit itu bisa menyembuhkan Javier.
Baca juga: Chikita Meidy Nyanyikan Lagu Miliknya ke Anak Sendiri
Berjalannya waktu, diakui mantan penyanyi cilik ini, kondisi Javier semakin memburuk.
Anaknya tidak mau makan selama lima hari di rumah sakit, tapi tidak diberikan stimulasi makanan dan hanya mengandalkan infus.
Lima hari tersebut diakui Chikita, demam Javier hampir mencapai 40 derajat. Ia pun panik melihat sang anak semakin memburuk dan perutnya kembung melebihi dada.
"Terus ambil darah lagi. Pas hasilnya keluar, dokter bilang tidak mengarah ke tyfus dan juga DBD. Mereka bilang ngarahnya ke Kawasaki Disease. Jujur aku panik dan bingung harus berbuat apa," jelasnya.
"Dokter memberikan opsi dibawa ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis Kawasaki Disease," sambungnya.
Chika Cecilia Oktaviany pun meminta waktu. Ia mengaku hanya memiliki sedikit luang untuk memutuskan, apakah pindah ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis Kawasaki Disease atau menghubungi dokter langgananannya dari kecil.
"Mamahku minta izin ke aku telepon dokter langgananku sejak kecil. Saya sempat marah, karena kan saya ibunya saya yang harus bisa ambil keputusannya, cuma bingung," terangnya.
"Mama telepon dokter langganannku dan diminta ditransfer atau dipindahkan ke rumah sakit dimana dokter langgananku ini bekerja," tambahnya.
Saat berpikir, Chikita yakin putranya tidak terkena Kawasaki Disease. Sebab, masih mengajak main, bisa menatap, dan hanya lemas karena demam.
"Tapi di satu sisi gejalanya mirip kayak penyakit kawasaki. Akhirnya aku temui dokter rumah sakit pertama, aku putuskan ke rumah sakit dokter langgananku," katanya.
"Dokter di sana fair. Mereka mengizinkan dan memfasilitasi ambulans untuk pindah rumah sakit," sambungnya.
Setibanya di rumah sakit kedua, 17 April 2023 malam, Chikita langsung menemui dokter langganannya. Ia diminta melarikan anaknya ke IGD dan dipasang infus.
"Aku diminta tidak panik dan berpikir buruk anakku terkena Kawasaki. Akhirnya diperiksa diagnosa awal infeksi bakteri. Aku diminta mencairkan resep dokter berisi obat puyer untuk anakku," ucapnya.
"Aku, suami, mamah dan papahku ngobrol sama dokter. Mamahku aktif bertanya, disitu aku merasa sama suami gak berguna banget gitu yang aktif mama papaku," tambahnya.
Dari obrolan itu, Chikita diminta tidak berpikir buruk tentang kondisi Javier. Dokter meminta keluarga meminumkan obat puyer ke Javier, yang sebelumnya sang anak diminta puasa beberapa jam untuk observasi kekembungan perut.
"Malam itu, Javier minum obat puyer itu. Kemudian, jam 3 malem tuh turun panasnya ke 37,8. Pagi minum puyer, dokter minta lihat dulu nih reaksi obat kedua dalam waktu sehari. Dokter yakin masalahnya di perut," jelasnya.
Mendengar penjelasan dokter, Chikita pun tenang. Lalu, jam 7 pagi Javier meminum obat lagi dan jam 10 pagi, panasnya menurun ke 36,5 drajat.
"Siangnya anakku pertsma kali minta makan minta nasi sosis. Mba aku sujud sukur didepan kasur, alhamdulillah Javier minta makan dan bilang Javier minta makan mau sembuh," katanya.
"Disitu aku senang sekali mendengarnya. Karena dia engga makan hampir seminggu. Cuma makan sushi beberapa aja dan hanya dikecapin doang," sambungnya.
Kemudian, jam 1 siang Chikita memberikan anaknya makan nasi sosis dan kondisinya membaik. Menurut dokter pun masa kritis Javier sudah lewat.
"Ya udah jam 4 sore dimasukin puyer ketiga dan jam 5 sore minta piza. Perutnya engga kembung lah. Ya sudah kasih makan. Jam 10 malam kasih puyernya lagi. Besoknya anakku dianggap enggak kenapa kenapa," terangnya.
Setelah melewati dua malam di rumah sakit kedua, Chikita Meidy menyebut dokter menganggap putranya, Javier terkena infeksi bakteri bukan kawasaki disease.
"Akhirnya Javier pulang dan dikasih waktu sebulan, kalau gejalanya muncul lagi harus cek darah. Kalau tidak ya tidak usah. Aku cuma diminta buat Javier happy," ujar Chikita Meidy.
"Aku tidak menyalahkan rumah sakit sebelumnya, karena mereka sudah melakukan yang terbaik dari dokter dan perawatnya," sambungnya. (ARI).