Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Film Rose Kisahkan Perjuangan Pengidap Skizofrenia untuk Berdamai dengan Keadaan

Film karya sineas Niels Arden Oplev merupakan genre drama keluarga yang ditaburi sentuhan komedi dalam dialog-dialog sederhana para tokoh.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Film Rose Kisahkan Perjuangan Pengidap Skizofrenia untuk Berdamai dengan Keadaan
Youtube Nordisk Film
Cuplikan trailer film Rose. 

TRIBUNNEWS.COM - Film Rose mengajak penonton menyelami pikiran pengidap penyakit kejiwaan skizofrenia.  

Di film tersebut digambarkan tokoh-tokoh fiktif berkelebatan di benak mereka.

Film karya sineas Niels Arden Oplev merupakan genre drama keluarga yang ditaburi sentuhan komedi dalam dialog-dialog sederhana para tokoh.

Film ini berbicara mukjizat dalam skala “mikro” tentang kasih sayang adik, berdamai dengan masa lalu, menjadi manfaat meski dilabeli “gila”, dan setumpuk keajaiban hati lain. 

Baca juga: Sinopsis Film The Hitmans Bodyguard yang Dibintangi Ryan Reynolds, Tayang Malam Ini di Trans TV

Film bermula saat di dalam bus, Inger memperkenalkan diri sebagai pengidap Skizofrenia.

Ini membuat turis lain syok. Namun, kejujuran Inger menyita perhatian Christian (Luca Riechardt Ben Coker).

Bocah laki-laki ini pelesir ke Paris bersama orangtua, Andreas (Soren Malling) dan Margit (Christiane Gjellerup Koch).

Berita Rekomendasi

Andreas memperingatkan putranya untuk tidak terlalu dekat dengan Inger. Makin dilarang, inteaksi Christian dan Inger malah menguat.

Yang membuat Rose mudah dicintai penonton, Inger tak ditempatkan sebagai pesakitan tanpa daya.

Ia tampak manusiawi bahkan saat penyakitnya kambuh. Ia bisa memahami dan tetap sayang. Kadang, perilakunya menyebalkan.

Niels Arden Oplev bisa menerjemahkan dengan detail bagaimana Skizofrenia berdampak tak hanya ke psikis tapi juga fisik pasien yang bertransformasi menjadi ringkih dan tampak sekian tahun lebih tua daripada mereka yang sehat.

Dalam film ini Inger sebagai poros tampak lebih tua dari Ellen dan sepantaran dengan ibu kandungnya.

Di sinilah, penggambaran karakter berpenyakit Skizofrenia terasa riil dan meyakinkan.

Performa Sofie Grabol dari gaya bicara, cara menatap lawan bicara, merengek hingga marah, postur tubuh kala berdiri maupun berjalan, semuanya terasa believable.

Ditambah dengan gaya berbusananya, tanpa bicara pun penonton paham ada yang tak beres dengan psikis Inger.

Ellen dan Vagn adalah support system yang imperfect. Justru di sinilah titik kesempurnaan drama keluarga berbasis isu kesehatan mental ini.

Terlalu film jika Ellen digambarkan 100 persen sabar dan tak pernah marah. Jika diperlukan, ia tak segan menampar.

Niels Arden Oplev sadar betul, tanpa didramatisasi, materi Rose sudah drama banget.

Maka, serpihan bumbu komedi berkali ditabur agar Rose tak terlalu pekat sembari tetap fokus pada perjalanan batin pasien dengan penyakit jiwa.

Bahwa dalam perjuangannya melawan penyakit dan berdamai dengan keadaan, Inger masih bisa bermanfaat serta membahagiakan orang lain.

Jangan mencari film ini di biskop (karena memang tidak tayang regular dalam format layar lebar di Indonesia), apalagi di situs bajakan.

 Rose dapat Anda akses secara legal mulai bulan ini di platform streaming KlikFilm.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas