VIDEO WAWANCARA EKSKLUSIF Cerita Pastor Robini Konsultan Film Horor Kuasa Gelap
Film Kuasa Gelap, menurut dia, memberikan edukasi yang bagus bagi banyak orang yang selama ini menilai eksorsisme itu adalah sesuatu yang magis.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Jadi ada semacam wawancara, ada screening lah, mana yang membutuhkan eksorsisme, ada mana yang ini semacam semata-mata psikologis. Itu gangguan kejiwaan biasa ya, itu bukan bagian kita.
Ramo pasti sudah menonton film yang berjudul Kuasa Gelap ini ya? Nah, dari film yang Romo tonton itu, apakah itu menggambarkan eksorsisme dalam iman katolik?
Ya, saya bisa katakan itu, ya selain saya terlibat di dalamnya untuk memberikan pengetahuan. Tapi kalau cinematografi saya nggak ngerti. Ya, soal eksorsismenya. Soal teologinya, menurut saya itu memang begitu. Memang begitu ya.
Di film itu kalau nggak salah, itu digambarkan bahwa ada satu demon atau iblis atau setan yang susah banget dihadapi itu memang dalam dunia nyata begitu ya Ramo? Biasanya apa kayak gitu? Apa memang iblis, setan itu ada pertingkatannya, ada yang kesaktiannya biasa-biasa aja atau gimana itu?
Jadi pertama, kita nggak bisa langsung bicara mengenai setan dulu ya. Kita harus bicara mengenai tata ciptaan. Yang harus dimengerti mengenai penciptaan, Teologi Penciptaan, bagaimana Allah menciptakan alam semesta, manusia, malaikat. Karena setan itu malaikat yang jatuh.
Jadi kalau kita ingin mengerti dunia eksorsisme, jadi salahnya banyak orang adalah dia langsung masuk ke setannya. Salah. Dia harus mengerti mengenai teologi, mengenai malaikat.
Karena malaikat dan setan itu secara kodrati, by nature malaikat itu sama. Hanya secara Rahmat mereka beda. Secara Rahmat, malaikat pasti masuk Surga, putihlah, baiklah. Setan pasti jahat. Tapi secara kekuatan kodrati, kemampuannya itu hampir kurang lebih sama.
Maka orang harus mengerti dulu mengenai Teologi Penciptaan, pertama-tama mengenai malaikat. Nah kebanyakan orang itu terpesona dengan setannya. Salah.
Makanya banyak orang salah mengerti, arahnya malah menjadi okutisme. Padahal Teologi Katolik bicara bahwa setan itu sebenarnya malaikat yang jatuh. Maka kita harus mengerti mengenai dunia malaikat namanya Angelologi, teologi yang bicara mengenai malaikat. Dan Gereja Katolik meskipun ajaran tidak resmi, tapi tidak ditolak juga masuk Katekismus, ada sembilan hirarki malaikat. Yang paling tinggi misalnya Serafim, itu cahaya. Kerubim, macam-macam sampai terakhir malaikat biasa.
Di dunia periblisan juga begitu?
Sama, karena kan kodratnya sama saja.
Jadi ternyata di dunia periblisan pun ada sembilan tingkatan?
Karena kan tingkat terakhir malaikat jadi setan, kodratnya. Banyak orang tidak mengerti ketika mereka jatuh melawan Tuhan, Tuhan tidak menghancurkan kemampuan kodrati.
Dan tatanya masih sama. Makanya misalnya Lucifer, Lucifer kan nomor satu, Serafic.
Untuk menghadapi mbahnya itu, atau si Lucifer itu memang butuh orang eksorsisme yang tingkat apa itu? Bisa cerita?
Enggak ada urusan dengan itu. Sebenarnya kan atas nama Gereja. Ya kalau Gereja Katolik percaya, seperti yang disabdakan Tuhan kepada Petrus, dalam Matius 16:18-19, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Jadi sebenarnya seorang eksorsis itu bukan karena kemampuan dia, tapi bertindak atas nama Gereja. Nah itu sebenarnya. Jadi tidak ada hal yang luar biasa dari seorang eksorsis, kecuali melaksanakan tugasnya. Tidak ada lebih dari itu.
Kembali ke film, Romo memberikan workshop lah kepada kru film, selama workshop itu bisa diceritakan apakah ya lancar saja, atau waktu Romo workshop demonnya datang?
Enggak, enggak. Lancar saja, biasa-biasa saja, itu kan teologi biasa.
Kalau Romo sendiri apakah pernah melakukan sebuah ritual untuk mengusir demon? Pernah punya pengalaman nggak?
Ya memang itu satu tugas yang ditugaskan pada saya, saya melakukannya.
Baca juga: Sinopsis dan Daftar Pemain Film Kuasa Gelap, Segera Tayang di Bioskop 3 Oktober 2024
Kalau boleh saya tahu ini, sesering apa Romo melakukan eksorsisme ini?
Susah ngomong kalau kata sering ya. Saya kan nggak tahu ukuran sering itu gimana. Yang jelas bahwa saya sering diminta untuk membantu, mendoakan kalau benar bahwa dia karena demonic. Bukan karena masalah psikologi ya, biasa kita doakan. Jadi tergantung, biasanya saya minta mereka ke psikolog. Biasanya nanti saya minta hasil kalau boleh dikeluarkan. Hasil kira-kira secara mental kamu sampai di mana.
Karena 90 persen seperti dikutip oleh film itu, 90 persen bukan masalah setan, tapi masalah psikologi. Atau 11-12, saling berhimpitan. Jadi ada psikologinya, ada masalah persetananya kira-kira. Makanya psikolog harus mendampingi. Sebenarnya mispersepsi yang salah itu seolah orang berpikir itu magic ya. Salah besar.
Kita juga bukan orang pintar. Kita cuma melaksanakan tugas yang diberikan pada kita, sesuai dengan perutusan kita, ya selesai. Cuma itu sebenarnya.
Dan memang di dalam tradisi gereja katolik, memang ada doa-doa khusus terkait dengan pengusiran setan itu ya?
Ada. Yang pertama itu setelah Konsei Trente. Itu yang ritus awal yang terbentuk itu digunakan sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 mulai ada ritus baru. Jadi ada dua ritus yang kita kenal. Ritus kedua tahun 1999. Jadi kita pakai yang baru. Ada doa dari ritusnya.
Banyak orang yang ingin tahu juga, di dalam proses eksosisme itu, apakah Romo pernah mengalami seperti yang digambarkan di film itu?
Ya, kadang lebih ngeri daripada film itu.
Masa? Sengeri apa? Bisa diceritakan, Romo?
Sengeri apa, misalkan, lepas saya pada sinemonografi, berjalan begini ya. Seperti apa ya. Kasusnya berat juga ada. Sebenarnya itu kasus kecil.
Jadi ada yang lebih gede yang pernah terjadi, pengalaman Romo?
Ya, saya nggak boleh cerita ya. Karena tidak boleh diceritakan umum, tanpa izin yang mengalami. Saya harus rahasiakan semua ya. Tapi kalau ditanya saya, sebagai objektif daripada film ya, saya bukan menilai film ya, kasus film itu, itu kasus kecil.Tidak besar sama sekali.
Meskipun tidak harus menyebut orangnya, yang lebih dari besar itu wujudnya kayak apa? Misalkan nyerang orang atau apa gitu. Meskipun kita tidak sebutkan siapa orangnya, di mana gitu? Bisa nggak, Romo?
Sebentar, saya pikir saya lupa juga. Maksudnya itu ceritanya gimana gitu. Kan di dalam film itu digambarkan... Ya, orang lumpuh. Orang lumpuh tidak bisa jalan selama satu setengah tahun, kita doakan akhirnya jalan. Karena masalah ini. Lalu, rumah yang sangat angker, pernah ngalami juga.
Atau orang kena santet, misalkan?
Ya, pernah juga. Tapi, intinya gini, kasus film itu, secara objektif sebagai kasus itu, bukan kasus besar. Jadi, sekali lagi, saya bukan menilai filmnya karena saya nggak mampu ya, itu ceritanya bagus ya. Itu saya sangat memuji, bagus sekali. Tapi sebagai sebuah kasus itu, bukan kasus besar.
Kalau Romo melihat film itu, apakah film itu buat masyarakat, terutama warga Katolik, ada gunanya nggak sih?
Saya melihat film itu bagus menerangkan banyak ajaran Katolik. Justru itu sebenarnya kekuatan film itu, bagi yang selalu mempunyai misconception tentang eksorsisme seolah-olah sebagai kayak magic ya, itu banyak yang berubah. Oke. Jadi, mengubah persepsi umum selama ini. Mungkin saya memuji film itu karena film itu memberikan edukasi yang bagus ya. Saya sangat senang karena edukasinya kena. Dan banyak yang dulu merasa bahwa ini apa ini, akhirnya terbuka juga.
Kalau boleh ditanyakan lagi, Romo, apa sih bedanya eksorsisme di Katolik sama per-paranormalan dan perdukunan ini?
Saya kan tidak mengerti mengenai perdukunan, ya. Jadi, nggak bisa bedain.
Jadi, Romo harus jadi dukun dulu?
Saya bukan dukun. Jadi, saya nggak ngerti. Dan memang di agama Katolik, memang eksorsisme itu ada ilmunya, ada sekolahnya, ada workshopnya. Jadi, sebenarnya secara umum, dia termasuk teologi, teologi spiritual, lebih khusus mengenai teologi eksorsisme.
Ini, sejak 2021 itu, setiap tahun itu ada di Roma kursus eksorsisme. Setiap tahun. Yang apply itu seribu orang, terima 70 orang.
Kalau boleh saya tahu, dari pengetahuan Romo di Indonesia ini, ada berapa banyak yang ngerti atau punya kemampuan eksorsisme di Indonesia?
Pertama itu bukan kemampuan. Itu penugasan.
Jadi, jumlahnya berapa sekarang?
Saya nggak ngerti, terus terang. Yang saya tahu di Pontianak, yang tertulis dua orang. Jadi, bukannya saya sendiri, Romo Anton Itu juga ditugaskan. Jadi, sebenarnya itu salah orang mengerti cuma satu-satunya di Pontianak, enggak. Cuma, Romo Anton itu parokinya di Mempawa. Sekarang di Bengkayang, agak jauh.
Emang bagaimana sih prosedur yang harus ditempuh supaya film ini direstui Geraia Katolik, kan perlu ada?
Saya nggak tahu ngerti. Karena saya cuma hanya datang, makanya peran saya film itu mungkin banyak membesar-besarkan, ya. Sebenarnya enggak. Saya nggak terlalu banyak bantu. Bahkan ketika mereka minta saya untuk meneken kontrak, saya tolak. Karena nggak layaklah saya di situ. Saya cuma hanya sebagian kecil. Dan menurut saya, mereka yang hebat sebenarnya. Misalnya, penulis naskahnya, sutradaranya, lalu apalagi pemainnya, ya.
Saya kenal beberapa kali bertemu dengan Pak Lukman Sardi, dengan Jerome. Menurut saya, mereka benar-benar mau, ya mau belajar. Itu hebatnya, ya. bahkan saya ditelepon, waktu mereka melafalkan latin, suruh saya mengejakannya untuk mereka. Ngajari, melafalkan doa secara latin.
Tapi memang doa eksotisme itu harus bahasa latin, ya?
Tidak. Tapi biasanya itu ritual disediakan itu latin. Ada terjemahan bahasa Inggris juga. .
Apakah perlu dikembangkan lagi Romo-Romo eksorsisme, bukan hanya dua orang di Keuskupan Pontianak?
Saya merasa bahwa memang. Saya sudah ngomong dengan Uskup Agung Pontianak, saya bilang kita perlu tambah lagi karena kasus juga banyak. Bahwa itu benar atau tidak itu nomor dua, tapi banyak orang mencari. Nah, kita kelabakan.
Apalagi Mas Febi tahu sekarang tugas saya di dunia pendidikan. Jadi nggak ngurusin itu doang, ngurusin mahasiswa. Tapi kan Bapak Usap bilang belum ada orang. Karena kan harus dikuliahkan untuk itu. Yang saya tahu di sini yang dikuliahkan itu di Filipina. Terakhir saya membimbing disertasi S3 tentang ini dari seorang Pastor Korea Selatan. Waktu itu membuat disertasinya dengan saya. Dia sudah selesai kemarin. Dapat Cumlaude. Dia pulang ke Korea. Kadang masih hubungan.
Romo boleh jawab, boleh tidak, orang yang ngerti eksorsisme semacam Romo itu bisa melihat setan nggak?
Justru eksorsis tidak boleh punya keterbukaan seperti itu. Eksorsis terbaik adalah yang tidak punya kemampuan apapun juga. Dia itu hanya punya ketaatan menjalankan tugas Gereja. Makanya orang selalu berpikiran bahwa eksorsis itu orang pintar, itu salah besar.
Jadi Romo nggak bisa lihat setan ya?
Saya itu dianggap bisa lihat karena saya sudah menjalankan tugas ini puluhan tahun. Jadi orang pikir saya bisa melihat. Tapi ya saya sudah praktek dokter selama 20 tahun kan. Jadi kamu batuk saja saya tahu. Karena sangking lamanya melakukan itu akhirnya kemudian akrab dengan dunia itu. Nah orang pikir saya itu jago melihat. Padahal sebenarnya dikit-dikit bisa melihat.
Apakah tugas Romo sebagai eksorsis ini menurut Romo adalah sesuatu yang berat atau biasa saja?
Sebenarnya susah ngomong ya. Berat karena menangani orang itu lama. Sedangkan tugas utama saya bukan eksorsis. Itu kadang-kadang, jujur makanya saya minta tolong Uskup untuk nambah orang. Bukan karena saya itu kayak misalnya energinya habis. Bukan. Karena gimana ya saya harus ngurus mahasiswa tapi tiba ngurus kurikulum tapi harus ditelepon begini. Kan capek juga ya. Sebenarnya bukan itu.Tapi ini pelayanannya mulia ya.
Bisa ngerti nggak bahwa banyak orang yang datangnya itu kadang-kadang meneritanya luar biasa. Saya pernah melihat bagaimana mereka menderita sekali sampai mau bunuh diri. Dan kita nggak bisa menafikan bahwa carry of the soul, pura animarum, pelayanan jiwa itu sangat penting dalam Gereja. Bagaimana membantu mereka melalui sakramen tobat. Karena eksorsisme pada akhirnya ada sakramen tobat.
Membantu mereka untuk bisa berdamai dengan masa lalu. Menurut saya itu luar biasa tapi saya merasa tidak mampu banyak. Tahu sendiri tiba-tiba akreditasi. Udah pusing saya.
Tapi sekali lagi saya memuji film itu. Tapi tolong juga dalam wawancara ini saya nggak banyak berbuat buat mereka. Mereka suruh saya kontrak, saya nolak kok. Saya terlalu dibesarkan. Orang banyak ngomong bagaimana-bagaimana. Enggak sebenarnya. Cuma hanya membantu. Karena mereka pernah ikut konfrensi.
Mereka itu hebat lah. Mereka berani membuat itu. Sinematografinya bagus. Dan runut plot-plot ya. Wah hebat.
Ini terakhir bener ini pertanyaan, Romo pernah diserang sama setan nggak, kayak film-film itu diserang. Pernah nggak ngalaminya?
Sebenarnya itu problem semua eksorsis ya. Pertanyaannya. Bukan soal pernah tidak pernah. Kita selalu diingatkan bahwa ada namanya perlu mendoakan persiapan kita dan satunya pengakuan dosa. Itu pasti akan kita lakukan. Kedua ada doa-doa yang disarankan pada kita. Dan juga kita Misa ya.
Kalau saya itu bersyukur dan mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa saya smooth saja. Mungkin karena saya terlalu setan ya. Maka dianggap teman ya. Tapi saya bersyukur. Mudah-mudahan jangan terjadi. Tapi teman saya ada yang ngalamin misalnya mau melakukan ini bannya pecah.
Itu termasuk serangan juga kan?
Namanya retaliation, balas dendam. Mereka selalu cerita. Kalau sudah kumpul di konferensi ya. Ada yang ngalamin begitu. Tapi saya bersyukur. Mungkin karena saya tidak full-time ya. Kalau mereka kan full-time.
Saya bukan orang full-time. Banyak diserang mahasiswa. Itu apa masalahnya serangannya besok mau gajian.
Dalam film itu dipakai Stola untuk melakukan ritual. Itu apa sih gunanya Stola?
Stola itu kan lambang imamat. Itu kan kuasa imamat. Itu benar-benar itu tanda kita harus resmi. Resmi atas nama Gereja itu makanya pakai Stola.
Dan waktu untuk film itu Stola-nya asli atau duplikat? Apa Stola beneran yang memang sudah diberkati?
Nggak. Mereka minta tolong saya kasih Stola yang asli lalu mereka buat sendiri. Oh. Nggak mungkin lah saya kasih mereka pakai Stola asli lah. Karena kan beda.
Stola mereka bikin duplikat, tapi Romo berkati nggak ya?
Nggak. Yang penting kasih tahu bagaimana cara pakai ya sudah selesai.(Srihandriatmo Malau)
Simak cerita selengkapnya hanya di YouTube Tribunnews!