Aji Santoso: Timnas U-23 Krisis Striker dan Bek Kanan
Banyak faktor yang membuat Indonesia tak lagi memiliki striker mumpuni di timnas seperti Kurniawan, Rochi Putiray, Widodo C Putro, Bepe dan lainnya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Timnas Indonesia U-23 yang dipersiapkan ke SEA Games dan Kualifikasi Piala AFC U-23 masih kekurangan pemain yang berposisi sebagai striker.
Saat ini, pelatih Aji Santoso hanya memiliki tiga striker murni, yakni Ferdi Jeferson Isir (Persipura U-21), Risky Dwi Ramadhana (Sriwijaya FC), dan Agung Supriyanto (Persebaya).
Sedangkan Gavin Kwan Adsit, Ilham Udin Armaiyn, Yohanes Ferinando Pahabol diplot sebagai pemain tengah.
"Selain striker, kebutuhan kami yang paling mendesak adalah bek kanan. Untuk melengkapinya kami harus memanggil pemain lagi, kemungkinan dari timnas U-19," kata Aji Santoso.
Banyak faktor yang membuat Indonesia tak lagi memiliki striker mumpuni di timnas seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Rochi Putiray, Widodo C Putro, Bambang Pamungkas, dan lainnya.
Satu di antaranya adalah ketika kompetisi Indonesia menggunakan pemain asing, posisi untuk striker lebih banyak diisi oleh tenaga impor.
"Setelah ada pengurangan kuota pemain asing di LSI akan berimbas positif. Namun butuh waktu untuk mencetak striker murni Indonesia, salah satu caranya adalah klub memberi kesempatan bermain," lanjutnya.
Saat ini, pelatih Aji Santoso hanya memiliki tiga striker murni, yakni Fredi Jeferson Isir (Persipura U-21), Rizky Dwi Ramadhana (Sriwijaya FC), dan Agung Supriyanto (Persebaya).
Sedangkan Gavin Kwan Adsit, Ilham Udin Armaiyn, Yohanes Ferinando Pahabol diplot sebagai pemain tengah.
"Selain striker, kebutuhan kami yang paling mendesak adalah bek kanan. Untuk melengkapinya kami harus memanggil pemain lagi, kemungkinan dari timnas U-19," kata Aji Santoso.
Banyak faktor yang membuat Indonesia tak lagi memiliki striker mumpuni di timnas seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Rochi Putiray, Widodo C. Putro, Bambang Pamungkas, dan lainnya. Salah satunya adalah ketika kompetisi Indonesia menggunakan pemain asing, posisi untuk striker lebih banyak diisi oleh tenaga impor.
"Setelah ada pengurangan kuota pemain asing di LSI akan berimbas positif. Namun butuh waktu untuk mencetak striker murni Indonesia, salah satu caranya adalah klub memberi kesempatan bermain," lanjutnya.