Kemenpora Usulkan KONI Evaluasi Praktik Pembajakan Atlit di Penyelenggaraan PON
Praktek pembajakan ini membuat filosofi PON mencetak bibit atlit baru di cabang olah raga yang dipertandingkan menjadi terhambat.
Penulis: Syahrul Munir
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Alfitra Salamm mengatakan praktek pencabutan atlit yang dilakukan berbagai daerah demi meraih target juara umum pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ini tidak sehat.
Praktek pembajakan ini membuat filosofi PON mencetak bibit atlit baru di cabang olah raga yang dipertandingkan menjadi terhambat. Sebaliknya, yang menjadi juara itu tetap saja muka lama di setiap penyelenggaraan PON.
"Wacana kita agar ke depan PON perlu dievaluasi pelaksanaannya. Tujuannya memang positif, daerah ingin keluar sebagai juara umum yang menjadi kebanggaan. Tapi bukan dengan cara membajak pemain dari daerah lain," ujar Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Alfitra Salam, usai launching buku Asian Games IV 1962 di Wisma Menpora, Senayan, Rabu (18/3/2015).
Alfitra menjelaskan pihaknya sudah mengusulkan wacana ini untuk dikaji oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) agar pada penyelenggaraan tahun mendatang tidak lagi terjadi pembajakan atlit berprestasi lagi.