BASRI Minta Peserta Turnamen Piala Jenderal Sudirman Dikaji ulang
Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia (BASRI) meminta agar peserta turnamen sepak bola Piala Jenderal Sudirman dikaji ulang
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia (BASRI) meminta agar peserta turnamen sepak bola Piala Jenderal Sudirman dikaji ulang.
Alasannya, klub-klub peserta yang mayoritas berasal dari kompetisi Indonesia Super League (ISL) dan berstatus profesional tidak sinkron dengan visi misi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang mengedepankan spirit sinergitas dengan rakyat.
Turnamen Piala Jenderal Soedirman akan dimulai 14 November dengan diikuti sebanyak 14 tim dari ISL dan ditambah satu tim dari PS TNI. Event ini digagas oleh TNI dan dipromotori Mahaka Sports.
Permintaan tersebut disampaikan Ketua Umum Basri, Eddy Sofyan.
"Karena yang melaksanakan adalah institusi TNI, tentu kita harus hati-hati. Artinya, kita ketahui bahwa institusi TNI ini milik bersama. Dan kebetulan baru-baru ini, pada puncak peringatan HUT TNI ke-70, di Cilegon Serang, 5 Oktober lalu. Bapak Presiden Joko Widodo bersama TNI menyampaikan komitmen harga mati, TNI akan kuat bersama rakyat," kata Eddy pada jumpa pers di Jakarta, Jumat (30/10).
"Kemudian pelaksanaan Piala Jenderal Sudirman melalui Mahaka Sports tidak melibatkan dan menyentuh komponen masyarakat apalagi rakyat. Maka ini sudah sedikit melenceng dari komitmen itu," imbuh Eddy.
Apalagi dengan keterlibatan pemain asing dalam perhelatan tersebut menjadi semakin terasa jauh dari unsur rakyat yang merupakan roh dari TNI.
"Basri menyampaikan pendapat dan usulan sebaiknya peserta Piala Jenderal Sudirman ditinjau ulang. Dipertimbangkan kembali. Karena itu hanya berpihak pada satu kelompok yaitu klub-klub ISl. Sementara kita tahu ISL adalah profesional. Mereka mandiri. Ada pemain asing yang akan menerima penghasilan dari event yang diselenggarakan oleh TNI ini," tutur Eddy.
"Sebagai salah satu dari elemen rakyat Basri merasakan ketidakadilan dan prihatin dengan keputusan peserta Piala Sudirman. Apalagi Jenderal Sudirman adalah pahlawan bangsa yang berangkat dari rakyat dan sangat mencintai rakyat," imbuhnya.
Menurut Eddy, sebaiknya Piala Sudirman ini mewakili semua unsur masyarakat dalam artian insan sepak bola yang ada di masyarakat. Misalkan saja klub-klub terbaik yang sebelumnya tampil di Piala Piala Kemerdekaan dan Liga Desa Indonesia memperebutkan Piala Menpora yang digelar di Belitung Timur, awal Agustus lalu.
Selain itu, sambung Eddy, idealnya Piala Presiden harus dijadikan supremasi tertinggi. Sehingga tidak perlu ada lagi event yang levelnya sama, mengingat pesertanya adalah klub-klub yang sama.
"Jadi kurang sreg lah kalau event yang digagas TNI tetapi pesertanya adalah klub-klub profesional. Kalau begitu yang menonjol hanya sisi bisnis dan komersialnya. Sementara unsur kemanunggalan TNI dengan rakyat tak terlihat sama sekali," tandas Eddy.
Terkait hal ini, Eddy mengaku sudah menyurati Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada 28 Oktober, yang ditembuskan ke Presiden RI, Joko Widodo, Menkopolhukam, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi
Eddy menegaskan pendapat dan usulan yang disampaikannya terkait peserta Piala Jenderal Sudirman adalah tanda kecintaannya kepada TNI. Karena dirinya memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan TNI khususnya dalam hal sepak bola. Eddy pernah terlibat pembinaan sepak bola di lingkungan TNI bahkan pernah juga menjadi pelatih tim PS ABRI mulai dari era Panglima TNI, Jenderal Try Sutrisno, Jenderal Edi Sudrajat, Jenderal Faisal Tanjung dan Jenderal Wiranto.
"Hal ini kami sampaikan demi kepentingan nasional. Basri terpanggil untuk mengingatkan semua elemen bangsa, khusunya tni, untuk tetap memaknai kedaulatan sepak bola rakyat," tandas Eddy.
"Sepak bola Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, harus dikelola atas izin kepentingan nasional. Bukan kepentingan yang acapkali meminggirkan kepentingan bangsa dan negara," imbuhmya. Sekjen Baru
Dalam kesempatan itu, Eddy juga menjelaskan terkait perubahan kepengurusan di Basri Pusat. Tommy Rushian Arief didapuk menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Basri yang baru menggantikan Maxi DJ A Hayer.
"Dia punya jiwa kepemimpinan, kekuatan dan mampu menstimulasi organisasi serta memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang sepak bola. Saya optimis di bawah kepimimpinan Tommy, kinerja ke-Sekjen-an Basri akan lebih baik. Sehingga, mampu mengoptimalkan program-program yang dimiliki Basri," pungkas Eddy.