Nasib Eks Pelatih Persema Ini Kini Kerja Tak Dibayar
Kala tim LSI masih bisa bernafas dengan berbagai turnamen, nasib nahas dialami klub kasta kedua hingga Liga Nusantara.
Laporan Wartawan Juara.Net Iwan Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Tak terasa hampir setahun sudah kompetisi di Indonesia terhenti. Kala tim LSI masih bisa bernafas dengan berbagai turnamen, nasib nahas dialami klub kasta kedua hingga Liga Nusantara.
Salah satunya klub asal Malang, Persema 1953. Klub yang memulai lagi kiprahnya dari Liga Nusantara ini harus vakum setahun lebih. Terakhir kali kompetisi kasta terendah itu bergulir adalah pada tahun 2014 silam.
Tentu, para pemain dan pelatih sangat merindukan atmosfer turnamen. Hal itu dirasakan oleh pelatih kawakan Rohanda.
Pria berusia 65 tahun ini rindu dengan aktifitas melatih.
Saking rindunya, dia kini melatih tim amatir milik kantor cabang bank negeri di Lapangan Shampo, Kota Malang.
Uniknya, dia tidak mau dibayar karena latihan hanya dilakukan seminggu dua kali. "Saya tidak cari uang di sini (klub amatir). Saya lakukan in karena murni senang melatih untuk menularkan ilmu," kata dia.
Kehidupan Rohanda memang sudah berkecukupan sehingga materi baginya bukan yang utama. Dia sudah memiliki tabungan hari tua dari saat menangani Persema di tiga edisi, musim 2003, 2006 dan 2014 (Persema 1953).
Selain itu, bapak dua anak ini adalah pensiunan Pegawai Negeri Sipil di lingkup Kabupaten Malang.
Dia hanya ingin mengobati rasa rindu melatih.
Sebenarnya, Rohanda bisa saja melatih klub yang memberinya bayaran di luar Malang. Tapi, pelatih berkacamata ini tak ingin jauh dari keluarganya.
Ketulusannya dalam melatih pun ikut diakui banyak mantan anak buahnya di Persema sehingga beberapa binaannya terkadang ikut membantu melatih.
Salah satunya adalah pemain PSS Sleman, Dicky Prayoga. Dia masih sering ikut membantu Rohanda jika sedang tidak ada kegiatan di klubnya PSS.
Kualitas pelatih berlisensi A dari AFC ini sebenarnya lumayan bagus. Salah satu buktinya adalah saat ia menyelamatkan Persema dari degradasi musim 2006. Dia menggantikan pelatih top Danurwindo kala itu.