Leicester City, Roman Si Rubah Bergaun Cinderella
BAHKAN sampai detik ini pun masih banyak yang tidak percaya klasemen Liga Inggris yang begitu gemerlap dipimpin oleh Leicester City.
John Pryke sekarang diburu oleh media-media Inggris. Sebab jika Leicester mampu bertahan di puncak klasemen hingga pekan ke 38, Pryke akan memenangkan uang sebesar 100 ribu poundsterling (setara Rp 1,9 miliar).
Keberhasilan Leicester memimpin klasemen paruh musim, membuat angka taruhan berubah menjadi 1.000/1, dan kurang lebih 100 orang memasang taruhan dengan besaran beragam, antara 50 poundsterling sampai 200 poundsterling.
Angka yang --sekali lagi-- masih mencerminkan keragu-raguan. Angka yang menunjukkan bahwa para petaruh sepakbola Inggris yang dikenal nekat sekali pun ternyata tidak terlalu percaya jika cerita Cinderella Leicester City akan terus berlanjut.
Tapi begitulah, jika memang Leicester benar-benar berhasil memenangi Liga Inggris, BBC mencatat, para petaruh yang ragu-ragu ini akan membuat rumah-rumah taruhan di Inggris kehilangan uang sebesar 10 juta Poundsterling.
Now or Never
"It is this year or never more." Kalimat Claudio Ranieri, pelatih Leicester City, dalam wawancaranya dengan editor olahraga BBC, Dan Roan, banyak dikutip media tidak hanya di Inggris, tapi juga di seluruh dunia.
Now or never. Sekarang, atau tidak sama sekali. Satu kalimat yang bertendensi optimistis. Iya, empat pekan terakhir Premier League 2015-2016, nada bicara Ranieri telah berubah.
Tidak ada lagi harapan yang diungkapkan dengan separuh ragu. Saat Leicester City memuncaki klasemen tengah musim, Ranieri memandangnya sebagai cerita Cinderella. Mimpi upik abu yang menjadi puteri cantik pujaan pangeran tampan.
Dan Ranieri bilang. "Mimpi ini sangat indah. Kami masih menikmatinya. Tolong, jangan bangunkan kami terlalu cepat."
Sekarang, Ranieri, para pemain Leicester dan pendukungnya, berharap apa yang terjadi saat ini bukan mimpi. Mereka ingin tetap menjadi Cinderella di dunia luar mimpi. Pertanyaannya, mampukah mereka melakukannya?
Empat klub yang akan menjadi lawan Leicester adalah Swansea City. Bentrok berlangsung malam nanti di Stadion King Power, kandang Leicester. Selanjutnya, mereka bertandang ke Old Trafford, kandang Manchester United (1 Mei 2016), lalu kembali ke kandang untuk menjamu Everton (7 Mei 2016), dan melakoni laga terakhir versus Chelsea, di Stamford Bridge (15 Mei 2016).
Dua kandang dan dua tandang. Hotspurs pun begitu. Di White Hart Line mereka menjamu West Bromwich Albion (26 April 2016) dan Southampton (8 Mei 2016), sedangkan di luar kandang bentrok dengan Chelsea (3 Mei 2016) dan Newscastle United (15 Mei 2016).
Dari maksimal 12 poin, Hotspurs kemungkinan hanya bisa meraih delapan poin. Masing-masing tiga poin dari West Bromwich Albion dan Southampton, serta satu dari Chelsea dan Newscastle. Chelsea memang tidak lagi memiliki "kepentingan" di liga. Permulaan yang amat buruk membuat mereka mesti puas berakhir di papan tengah. Tapi bagaimana pun, laga ini adalah derby dan ada gengsi tersendiri yang dipertaruhkan di sini. Chelsea tentu saja tidak ingin kehilangan muka lagi.
Newscastle pun akan memberikan perlawanan keras. Terutama apabila hingga pekan terakhir, mereka masih punya peluang untuk lolos dari jerat degradasi. Tapi sekiranya tidak, Hotspurs kemungkinan bisa meraih poin penuh. Apabila hitung-hitungan ini tak meleset, maka Hotspurs akan mengoleksi 76 poin (68+8) atau maksimal 78 poin (68+10).
Cukupkah untuk melewati Leicester? Bercermin dari kedigdayaan Leicester sepanjang musim ini, semestinya tidak. Manchester United dan Chelsea kemungkinan akan berakhir imbang jika tidak kalah. Terutama dari Manchester United yang masih menyimpan ambisi lolos ke Liga Champions.
Tapi Swansea dan Everton tentu dapat ditekuk. Dengan demikian, dari maksimal 12 poin, Leicester bisa meraih tujuh atau maksimal delapan poin. Pun jika ternyata hanya enam poin, itu sudah cukup untuk membawa pulang dan menyimpan tropi Premier League. Leicester mengumpulkan 79 poin, unggul satu poin dari Tottenham Hotspurs.