Potret Militansi NJ Mania: Garis Miring Dari Utara, Tak Padam Meski Persitara di Kasta Bawah
Bukan cuma Liga 1, Liga 3 yang jadi kompetisi resmi terbawah pun ternyata punya fenomena suporter fanatik klub. Mereka bahkan mengaku sableng
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury mengatakan kehadiran suporter dalam sebuah pertandingan akan membuat atmosfer berbeda. Bahkan suporter menguji pula mental para pemain yang bermain di dalamnya.
Lebih lanjut, adanya suporter dalam sebuah klub dinilai Imran adalah satu keuntungan sendiri. Selain tiket, klub juga bakal dapat pemasukan dari penjualan merchandise.
“Suporter penting untuk klub. Mereka jadi pemain ke-12. Saat memberikan dukungan langsung mereka memberikan motivasi kepada pemain dengan yel-yelnya,” kata Imran.
‘Tapi suporter juga berperan dalam sisi finansial. Melalui penjualan tiket pertandingan dan penjualan jersey serta merchandise, sebuah klub mampu menghidupi klub dengan keuntungan yang diperoleh dari hal tersebut,” jelasnya.
Akan tetapi, eks-pemain Timnas Indonesia itu juga masih menyoroti adanya kekurangan suporter klub-klub di Indonesia.
Kecintaan yang kebablasan kepada klub tanpa didasari rasa saling menghargai sesama masyarakat Indonesia kadang jadi sumber utama terjadinya insiden.
Ia pun berpesan kepada suporter klub-klub di Indonesia agar semakin dewasa kedepannya dan tak lagi mencoreng citra sepakbola Indonesia di kancah dunia.
“Memang demikian lah potret sepakbola di Indonesia sekarang ini, manis atau pahitnya cerita yang diukir tentu kita sendiri yang merasakannya,” kata Imran
“Masih banyaknya suporter yang belum berpikir dewasa, mudah terprovokasi dan hal lain menjadikan wajah sepakbola Indonesia sedikit tercoreng. Tetapi sekarang banyak aksi damai ko yang dilakukan serentak oleh seluruh suporter dan membawa angin positif dalam perkembangan sepakbola Indonesia,” pesan Imran.