Juventus Spesialis Liga, Tak Berdaya di Kompetisi Sistem Gugur dalam 9 Musim Terakhir
Bianconeri lebih cocok disebut seperti pelari jarak jauh atau marathon dibanding pelari sprinter sekali nafas dengan kompetisi berbasis liga.
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Perburuan gelar juara Serie A, kasta tertinggi Liga Italia, telah usai, Juventus resmi meraih scudetto untuk kali kesembilan secara beruntun.
Bianconeri, julukan Juventus, mengunci gelar Liga Italia pada Senin (27/7/2020) dini hari WIB usai mengalahkan Sampdoria, 2-0, di Allianz Stadium.
Dua gol kemenangan Juve dicetak oleh Cristiano Ronaldo (45+7') dan Federico Bernardeschi (67').
Jauh sebelum juara, Juventus mengawali musim 2019-2020 dengan cukup baik meski sempat terpeleset saat berhadapan Fiorentina pada pekan ke-3.
Baca: 31 Gol Cristiano Ronaldo, Rekor Juventus dan 12 Tahun Lalu dengan Manchester United
Baca: Juventus Juara Liga Italia, Maurizio Sarri Tegaskan Dominasi Pelatih Italia dalam 1 Dekade Terakhir
Hasil imbang 0-0 kontra Fiorentina membuat Juventus kehilangan poin dan berada di bawah Inter Milan.
Namun, klub berjuluk Bianconeri itu berhasil merangsek ke puncak klasemen usai mengandaskan Inter Milan 2-1 di Giuseppe Meazza pada pekan ke-7.
Setelah itu, penampilan Juve bisa mempertahankan posisi puncak meski berulang kali membuat ketar-ketir para pendukungnya.
Hingga pada akhirnya, fans Juve bisa bernapas lega. Tim kebanggaan mereka resmi merengkuh gelar juara Liga Italia setelah mengandaskan Sampdoria pada giornata 36.
Gelar juara Liga Italia ini bisa menjadi obat bagi Cristiano Ronaldo cs setelah menelan pil pahit di dua partai final.
Ya, Juventus selalu kalah di partai final dalam dua kompetisi bergengsi di Negeri Pizza musim ini.
Dua partai final tersebut ialah Supercoppa Italia kontra Lazio dan Piala Italia melawan Napoli.
Juve kalah 1-3 dari Lazio dan kandas di babak adu penalti (4-2) usai imbang 0-0 di waktu normal.
Baca: VIDEO Juventus Juara Liga Italia: Sarri Amburadul, Beda Pesta di Ruang Ganti dari Liverpool
Dari dua hal tersebut, Bianconeri tampaknya lebih cocok merengkuh juara di kompetisi panjang seperti Liga Italia dibanding turnamen dengan sistem gugur nan singkat.
Meski sejatinya Juve bisa sampai partai puncak, tetapi nasib mereka tak mujur di tunamen yang "cepat selesai".
Bianconeri lebih cocok disebut seperti pelari jarak jauh atau marathon dibanding pelari sprinter sekali nafas.
Selama 3000 hari lebih atau sembilan musim sebagai penguasa Liga Italia, mereka juga hanya mampu sekali merasakan treble winner.
Yakni pada musim 2015-2016 dengan menjuarai Liga Italia, Piala Italia, dan Supercoppa Italia.
Baca: Di Balik Juventus Juara Liga Italia, Pertahanan Terburuk si Nyonya Tua dalam 60 Tahun Terakhir
Begitu juga di Liga Champions. Selama menyematkan scudetto sembilan kali beruntun, Juve belum mampu membawa pulang trofi Si Kuping Lebar ke Allianz Stadium.
Kali terakhir mereka meraih trofi Liga Champions pada musim 1995/1996.
Meski begitu, bukan hal mudah bagi klub mempertahankan gelar juara Liga Italia selama sembilan musim secara beruntun.
Selamat, Juventus!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Juventus "Pelari Jarak Jauh" yang Juara Liga Italia