Manchester City Lawan Chelsea Duel Tim Inggris yang Bertransformasi, Siapa Pantas Jadi Raja Eropa?
Dua tim asal Inggris, Manchester City dan Chelsea akan saling berhadapan di final Liga Champions. Siapa yang pantas menjadi Raja Eropa?
Penulis: Muhammad Barir
“Kami adalah tim yang sangat mirip dengan apa yang kami lakukan di masa lalu ketika kami tersingkir,” kata Guardiola dikutip AFP.
Guardiola ingin memenangkan Liga Champions ketiganya sebagai pelatih, satu dekade setelah kemenangan terakhirnya bersama Barcelona.
Setelah merebut gelar Liga Premier yang ketiga dalam empat musim, dan juga memenangkan Piala Liga musim ini, City yang dibintangi oleh pemain seperti Kevin De Bruyne, dan Ruben Dias jelas menjadi tim yang lebih difavoritkan bisa menang di Estadio do Dragao.
Namun lawan mereka adalah Chelsea. Tim yang telah mengalahkan City dua kali dalam enam minggu terakhir, pertama di semifinal Piala FA, dan kemudian di Stadion Etihad di liga Premier.
"Saya tidak bisa memerkirakan akan menghadapi lawan yang lebih tangguh (dari Chelsea, red)," kata Guardiola.
Mereka telah berubah sejak Thomas Tuchel menggantikan Frank Lampard sebagai pelatih pada Januari. Sekalipun, mereka menyelesaikan musim domestik dengan tiga kekalahan dalam empat pertandingan termasuk final Piala FA melawan Leicester City.
“Kami sudah sampai di sini. Ini adalah pencapaian luar biasa dan begitu Kita telah tiba dan Kita ingin menjadi yang terbaik," kata Tuchel
"Tetapi City bersama Pep adalah lawan yang akan kita hadapi. Lawan yang mungkin saat ini yang terbaik di Eropa, mungkin di dunia,” kata Tuchel.
Sebelum laga ini dia menghadapi masalah kebugaran beberapa pemain. Namun Edouard Mendy dan N'Golo Kante telah kembali berlatih.
“Kami lagi-lagi harus menutup jarak selama 90 menit dan hal baiknya adalah kami sudah melakukannya. Dalam sepak bola segalanya mungkin dan di final segalanya mungkin," kata Tuchel.
Covid-19 masih membayangi final. Final ini digelar di Porto pun dengan pertimbangan ini. Setelah keputusan menit-menit terakhir untuk memindahkan permainan dari Istanbul.
Kota metropolis di Turki itu tidak diberi kesempatan untuk menjadi tuan rumah untuk tahun kedua berturut-turut setelah pemerintah Inggris memasukkan negara itu dalam daftar merah perjalanan warganya. Sehingga tidak mungkin bagi penggemar dari salah satu finalis untuk menghadiri pertandingan karena kedua finalis berasal dari Inggris.
Sama seperti tahun lalu ketika Lisabon menjadi solusi pada penyelenggaraan Liga Champions pada menit-menit terakhir, tahun ini pun Portugal kembali menyelamatkan.
Dan penggemar akan berada di stadion. Portugal mengizinkan Estadio do Dragao diisi hingga 33 persen kapasitasnya, akan ada total 16.500 penonton, termasuk 6.000 penggemar dari setiap klub.