Dua Mata Pisau Arogansi Ralf Rangnick: Sukses di Jerman, Blunder di Russia, Sinyal Bahaya Man United
saat Rangnick melanjutkan karir di Rusia untuk menjadi direktur olahraga dan pengembangan di awal tahun 2021, karirnya justru menemui jalan terjal.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Langkah Ralf Rangnick untuk menjadi juru selamat Manchester United tak berjalan mulus.
Sempat menunjukkan magisnya di partai perdana kala Manchester United sukses menumbangkan Crystal Palace dengan skor tipis 1-0.
Di 5 pertandingan selanjutnya, Manchester United tampil biasa saja. Setan Merah hanya mampu meraih dua kemenangan dua hasil imbang dan satu kekalahan memalukan melawan Wolves di Old Trafford.
Hasil tersebut berlawanan dengan ekspetasi para pendukung Manchester United yang sudah banyak berharap dengan juru taktik berusia 63 tahun itu.
Ya, kedatangan Rangnick menuju Manchester United memang sempat dieluh-eluhkan, ia memiliki CV yang begitu mentereng kala masih bekerja di Jerman.
Baca juga: Berita Manchester United, Gestur Gak Mood Rashford Mengkhawatirkan, Ronaldo Tak Pantas Jadi Kapten
Baca juga: Penawaran Keterpurukan Manchester United: Parkir Scott McTominay dan Mendatangkan Declan Rice
Dirinya sukses menyulap klub yang tak diperhitungkan sebelumnya, seperti RB Leipzig, FC Schalke 04, hingga Hoffenheim menjadi tim hebat dengan filosofi gegenpressing yang ia usung. Sampai-sampai karena kejeniusannya ia dijuluki sebagai sang profesor sepak bola.
Namun di sisi lain, saat ia melanjutkan karir di Rusia untuk menjadi direktur olahraga dan pengembangan di awal tahun 2021, karirnya justru menemui jalan terjal.
Beberapa bulan sebelum Rangnick masuk dalam kandidat manajer interim Manchester United, nama juru taktik berusia 63 tahun itu tercoreng di Rusia.
Dilansir Russian Football News, Rangnick merombak skuat Lokomotiv Moskow yang sudah terbentuk, alhasil Lokomotiv tak mampu berbicara banyak di Liga Rusia musim ini sejak kedatangannya.
Keputusannya untuk menjual pemain kunci Lokomotiv Moskow, Grzegorz Krychowiak menjadi hal yang paling terkena kritik.
Ketiadaan eks pemain Paris Saint-Germain itu membuat penampilan Moskow di Liga Rusia menjadi timpang, saat ini langganan Liga Champions itu tertahan di peringkat 4 Liga Rusia setelah hanya mengumpulkan 25 poin dari 16 pertandingan.
Lokomotiv Moskow tertinggal 12 poin dari sang pemuncak klasemen, Zenit. Peluang mereka untuk menjadi juara pun tertutup, bahkan untuk finish di Zona Liga Champions saja juga berat.
Keputusan Rangnick untuk menjual Grzegorz Krychowiak adalah blundernya di Moskow, apalagi, ia melakukan hal tersebut tanpa melakukan diskusi dengan jajaran manajemen lainnya.
Lalu, Rangnick juga dianggap sebagai seorang diktator yang lebih mengutamakan bisnisnya daripada kepentingan tim yang sedang ia pimpin.