Dua Mata Pisau Arogansi Ralf Rangnick: Sukses di Jerman, Blunder di Russia, Sinyal Bahaya Man United
saat Rangnick melanjutkan karir di Rusia untuk menjadi direktur olahraga dan pengembangan di awal tahun 2021, karirnya justru menemui jalan terjal.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
![Dua Mata Pisau Arogansi Ralf Rangnick: Sukses di Jerman, Blunder di Russia, Sinyal Bahaya Man United](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gol-tunggal-fred-warnai-debut-ralf-rangnick_20211206_080947.jpg)
Rangnick secara terang-terangan mendatangkan 10 staf yang ia kenal sebelumnya untuk masuk ke dalam jajaran Lokomotiv Moskow, termasuk sang pelatih kepala yang ia tunjuk, Markus Gisdol.
Ya, dan kepergian pria asal Jerman itu ke Manchester United pun justru membuat pihak klub lega. Bahkan mantan presiden Lokomotiv Moskow, Nikolai Naumov memberi komentar menohok tentang karir singkat Ralf Rangnick di Rusia.
"Rangnick tak peduli dengan sepakbola, yang ia pentingkan hanyalah bisnis," Kata Nikolai Naumov dilansir Sportwitness.
"Semakin banyak negara, liga, dan klub yang ia liput, maka semakin banyak juga keuntungan yang ia dapatkan," lanjutnya dengan ketus.
"Dia sangat acuh dengan Lokomotiv. Rangnick datang di sini untuk mendapatkan uang, ia tak peduli dengan sepakbola," pungkasnya.
Komentar sinis Nikolai Naumov semakin memperburuk citra Rangnick di Rusia. Lokomotiv Moscow adalah tim yang mendapatkan bencana setelah kedatangannya.
Namun, dari citra buruknya di Rusia, namanya sebagai profesor sepakbola tetap melekat dalam pria asal Jerman itu.
Karir menterengnya di Jerman mampu menutup berita miringnya di Lokomotiv Moskow dan membuat Manchester United kepincut untuk mendatangkannya.
Filosofi juru taktik berusia 63 tahun itu adalah tentang agresifitas dan daya juang.
"Kami suka menekan tinggi, dengan tekanan balik yang sangat intens. Ketika kami menguasai bola, kami tidak suka umpan persegi atau umpan balik," Kata Rangnick dilansir The Coaches Voice.
Ya, Rangnick peduli setan dengan permainan lewat sirkulasi passing yang menyisir ke sisi lapangan, dia lebih mengutamakan direct pass lewat umpan terobosan yang menusuk guna mencapai ke sepertiga akhir dengan cepat.
Filosofinya adalah tentang agresifitas dan daya juang. Setelah kehilangan bola, anak asuhnya dituntut untuk merebut bola secepat mungkin.
Para pemainnya juga diharamkan untuk memegang bola lebih dari 10 detik, mereka harus memiliki visi untuk melakukan sirkualsi bola ke depan dengan cepat.
"Jika anda ingin meningkatkan kecepatan permainan anda. Anda harus mengembangkan pikiran lebih cepat daripada kaki kedua kaki anda," ungkap Rangnick.