Nasib Buruk Isco di Real Madrid: Korban Jahatnya Adaptasi Juru Taktik dengan Sepak Bola Modern
Saat bertahan tipikal pemain nomor 10 seperti Isco lebih banyak berjalan ketimbang melakukan mengejar bola hingga ke jantung pertahanan.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
James Rodriguez adalah seorang trequartista brilian di Real Madrid pada era kepelatihan Carlo Ancelotti di musim 2014/2015.
Bahkan ia mampu meraih gelar gelandang terbaik di La Liga pada musim tersebut, dengan torehan 14 gol dan 15 assist.
Namun kegemilangan James mulai memudar seiring berkembangnya sepak bola, puncaknya ada di musim ini.
Bermain di tim semenjana Everton, dirinya tak mendapatkan tempat utama bagi sang pelatih Rafael Benitez.
Pelatih asal Spanyol tersebut mengusung permainan pragmatis dengan sistem 4-4-2.
Ia lebih mengandalkan dua gelandang nomor 8 seperti Allan dan Doucoure. James tentu tak akan masuk ke dalam permainan dengan skema seperti itu.
Kini sang playmaker memilih mengakhiri karir gemilangnya dengan hijrah ke tim Qatar, Al Rayyan.
Satu trequartista cemerlang lainnya juga pernah dimiliki oleh Real Madrid, pemain tersebut adalah Isco.
Bersama Zinedine Zidane ia diberi peran nomor 10 dengan skema 4-3-1-2, tugasnya tak begitu dibutuhkan untuk bertahan, ia fokus untuk melayani dua striker Los Blancos saat itu, Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema.
Bermain brilian, Isco mampu menyumbangkan dua gelar Liga Champions untuk Real Madrid di dua musim berturut-turut.
Namun, seiring berjalannya waktu, formasi 4-3-1-2 yang sering digunakan untuk mengedepankan kreatifitas sang playmaker digantikan dengan skema 4-3-3 yang lebih mengutamakan keseimbangan tim.
Alhasil, peran Isco pun mulai terpinggirkan, musim lalu saja, dari 29 pertandingan pemain asal Spanyol tersebut hanya bermain selama 1092 menit dengan rata-rata menit bermain 37 menit per pertandingan.
Di sepak bola modern, gelandang bertipe box to box dan pekerja keras lebih dipilih dalam skema 4-3-3 dan 3-4-3, yang sekarang menjamur dan digunakan oleh banyak tim-tim besar.
Sebagai salah satu mantan pemain terbaik dalam peran trequartista, Ricardo Kaka memahami bahwa sepak bola era sekarang tak lagi mendukung pemain tipikal seperti itu.