Tragedi Heysel Jadi Contoh, Hukuman FIFA Mengintai Indonesia Akibat Kerusuhan di Kanjuruhan
Hukuman FIFA sedang mengintai Indonesia akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan pasca laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Hukuman FIFA mengintai Indonesia akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pasca-laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Akibat tragedi Kanjuruhan tersebut, ratusan nyawa harus melayang.
Laporan dari Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, menyebutkan sudah ada 131 nyawa yang hilang di tragedi Kanjuruhan hingga Minggu (2/10/2022) pukul 14.53 WIB.
Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Pelatih Persib Bandung Luis Milla Turut Berbelasungkawa
Tragedi Kanjuruhan terjadi lantaran tak terimanya Aremania setelah tim kebanggan mereka, Arema FC menelan kekalahan atas Persebaya di pekan ke-11 Liga 1.
Sekitar 3.000 supporter Arema FC masuk ke lapangan Stadion Kanjuruhan setelah selesainya laga Arema FC vs Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3.
Situasi menjadi tidak kondusif dengan penanganan dari pihak keamanan yang melepaskan tembakan gas air mata di berbagai sisi stadion untuk memecah kerusuhan.
Namun, situasi tersebut justru malah membuat petaka yang membuat banyak korban jiwa melayang.
Jauh sebelum tragedi Kanjuruhan, FIFA pernah menjatuhkan hukuman berat kepada klub Inggris saat terjadinya tragedi Heysel di tahun 1985.
Saat itu Juventus dan Liverpool bakal melakoni laga final Liga Champions musim 1984/1985.
Venue yang dipakai di final tersebut adalah Stadion Heysel, Brussels, Belgia.
Hukuman Kepada Klub Inggris
Tragedi Heysel menjadi sebuah tragedi menyedihkan, saat pendukung Liverpool menerobos pagar tribun dan menyerang supporter Juventus.
Satu jam sebelum kick off, kedua fans terlibat adu mulut dan saling ejek, hingga menyulut emosi supporter The Reds.
Menjadi sebuah tragedi menyedihkan, saat pendukung Liverpool mencoba menerobos pagar tribun untuk menyerang supporter Juventus.