Dirut PSS Sleman Sebut Tragedi Kanjuruhan Jadi Momentum Perubahan Kultur Sepakbola di Indonesia
Tragedi Kanjuruhan jadi momentum para suporter bisa berubah menjadi lebih dewasa dalam menyikapi pertandingan di Liga 1.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Dirut PSS Sleman Sebut Tragedi Kanjuruhan Momentum Perubahan Kultur Sepakbola di Indonesia
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Putra Sleman Sembada (PSS) Andy Wardhanaputra menyebut, Tragedi Kanjuruhan bisa menjadi momentum untuk perubahan kultur sepak bola di Indonesia.
Menurut Andy, kejadian tersebut bisa menjadi titik balik untuk evaluasi dunia sepak bola di Indonesia.
Evalusi itu mulai dari manajemen pertandingan sampai mulai berubahnya rivalitas antar-suporter klub yang selama ini tumbuh subur.
Baca juga: Aremania dan Bonek Bakal Bertemu Bahas Perdamaian, Brajamusti-Slemania-Pasoepati Akhiri Rivalitas
Baca juga: Seusai Ridwan Kamil, Gibran Juga Sentil Jadwal Malam Liga 1: Wasit-Panpel Nonton Ikatan Cinta Dulu?
"Tentunya kami dari PSS Sleman menyampaikan belasungkawa atas tragedi atau musibah di Kanjuruhan, saya rasa kita harus evaluasi bersama mudah-mudahan kedepannya kita bisa menyelenggarakan pertandingan dengan baik dan nyaman," ujar Andy Wardhanaputra saat dihubungi Rabu (5/10/2022) malam.
"Terus juga, saya melihat ini sebuah momentum yang baik untukmu suporter dari berbagai daerah, yang mungkin selama ini ada rivalitas, tapi belakangan ini saya lihat ada acara-acara untuk mempersatukan, dan yang sebenarnya diinisiasi oleh mereka (suporter) sendiri," lanjutnya.
Dengan berubahnya iklim sepak bola di Indonesia yang le arah lebih baik, Andy pun menyebut para suporter bisa berubah menjadi lebih dewasa dalam menyikapi pertandingan.
Baca juga: Ridwal Kamil Soroti Soal Rating TV Laga Arema vs Persebaya, Panpel Sudah Ajukan Perubahan Jadwal
Tak hanya itu, Andy juga menilai, evaluasi juga menjadi hal penting karena kejadian serupa bisa terjadi di mana saja, tak hanya di Malang.
"Jadi saya harap ini bukan euforia sesaat tapi bisa menjadi langkah awal yang baik untuk suporter supaya bisa lebih dewasa dalam menyikapi pertandingan, karena rivalitas itu hanya 90 menit di lapangan.," ungkap andy.
"Saya rasa untuk musibah ini tak perlu saling menyalahkan dulu, lebih baik kita evaluasi dulu, kita lihat apa yang salah dan harus kita perbaiki, ke depannya semoga bisa kita perbaiki , karena kejadian ini tak hanya bisa terjadi di Malang tapi bisa terjadi di mana pun di Indonesia," lanjutnya.
Lebih lanjut, untuk saat ini Dirut klub yang berjuluk Super Elang Jawa (Elja) itu menyebut, hal yang bisa dipetik dari Tragedi Kanjuruhan ialah langkah mitigasi oleh panitia pelaksana.
Tak hanya soal manajemen massa atau suporter, namun juga langkah antisipasi yang diterapkan oleh petugas keamanan.
"Tentunya, rencana untuk pelaksanaan dan mitigasi-nya harus lebih lengkap, melibatkan suporter kita sendiri dan suporter tamu dan petugas keamanan. Jadi semuanya harus lebih baik perencanaannya dan antisipasinya," harap Andy.
Sekadar informasi, sampai saat ini korban meninggal dunia akibat dari kejadian di usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di pekan ke-11 lanjutan Liga 1 2022/2023 itu sudah lebih dari 100 orang.
Dampaknya, saat ini semua kompetisi sepak bola di Indonesia mulai dari Liga 1 sampai Liga 3 dihentikan sampai waktu yang belum ditentukan.
(Alfarizy/M39)