Titik Lemah Timnas U-17 Indonesia Ini Bisa Digoreng Malaysia, Tembok Garuda Kian Tipis Tanpa Iqbal?
Pun, Timnas U-17 Indonesia mesti waspada karena Malaysia sudah mengetahui kelemahan skuad asuhan Bima Sakti.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Pada babak pertama, Hanif Ramadhan menjadi titik lemah di mana ia sering kehilangan bola, entah salah umpan atau karena bola direbut setelah di-pressing.
Baca juga: Klasemen Kualifikasi Piala Asia U-17: UEA-Palestina K.O, Indonesia Juara Grup Jika Imbangi Malaysia
Momen hilang bola di posisi nomor enam itu pula yang membuat Iqbal Gwijangge mendapatkan kartu kuning (dan cedera), dan harus absen di laga terakhir kontra Malaysia.
Pada babak kedua, Palestina terlihat membiarkan Figo Dennis atau Narendra Tegar menerima bola di posisi itu, lalu memerangkap mereka dengan pressing.
Hasilnya, tiga kali beruntun Indonesia kehilangan bola dalam lima menit pertama babak kedua.
Baca juga: Skenario Kelolosan Timnas U-17 Indonesia ke Piala Asia U-17 2023, Bima: Jangan Tergantung Tim Lain
Bima Sakti harus segera menemukan solusi, mengingat Malaysia pasti sudah membaca kelemahan itu.
Solusi untuk masalah di atas mengerucut pada dua opsi, yaitu mencari gelandang bertahan lebih bagus, atau mengubah skema awal bangun serang.
Bima Sakti sendiri mengakui timnya mengalami penurunan sehingga Palestina banyak mendapat ruang.
"Pertama ucapkan syukur bisa menang hari ini, walau saya menilai agak sedikit menurun performa malam ini," aku Bima (7/10/2022).
"Memang kemarin sampai tadi ada tanda-tanda performa menurun, dan banyak PR, banyak hal yang harus diperbaiki saat lawan Malaysia," tandasnya.
Situasi ini tak terbantu dengan minimnya waktu recovery bagi Indonesia, yaitu cuma 2x24 jam.
Bima Sakti juga tak mengambil jatah berlatih pada hari ini, dan cuma menyiapkan timnya di hotel.
Laga Indonesia kontra Malaysia yang akan memperebutkan tiket kelolosan ke Piala Asia U-17 2023 akan digelar pada Minggu (9/10/2022).
Bima Tak Risau Tanpa Iqbal
Pada laga melawan Palestina, lini pertahanan Timnas U-17 Indonesia yang biasanya dikomandoi Iqbal Gwijangge, tampak lebih ringkih dalam hal koordinasi selepas sang kapten ditarik ke luar.