Bos Bukalapak Pilih Pecat Karyawan yang Malas
Menemukan sumber daya manusia (SDM) yang cocok untuk Bukalapak.com, kata Zaky, tidaklah mudah.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa yang menyangka, kalau pada awalnya Achmad Zaky (30), pendiri dan CEO situs jual beli Bukalapak.com, sempat membuka bisnis mi ayam.
Saat itu dia masih mahasiswa. Muda dan kurang pengalaman membuat bisnis kuliner ini mati begitu saja.
Menurut Zaky, sapaannya, kegagalan itu sedikit memberikan kepedihan baginya. Namun bukan wirausahawan sejati namanya kalau menyerah karena kegagalan. Bukannya mundur, Zaki malah makin giat.
Ia memang tidak berpikir muluk-muluk ketika membuat situs Bukalapak.com. Ia bahkan tidak pernah berpikir website yang dikreasikannya ini berkembang pesat dan menjadi besar.
Setelah warung mi ayam yang didirikannya tak berhasil, Zaky sadar bisnis tanpa passion memang sulit untuk dijalankan. Ia sadar, ia gagal karena tak menguasai bidang kuliner sama sekali.
Nah, Karena pria lulusan ITB ini senang dengan pembuatan dan pengembangan website.
Ia pun memilih berjuang dalam bidang yang diyakininya. “Bagi saya berbisnis harus dimulai dengan minat dan kelebihan yang kita miliki, biar enggak rugi,” ungkapnya.
Zaky mengaku untuk membuka Bukalapak.com, ia tidak perlu uang yang banyak. Apalagi pada masa itu, bisnis serupa tidak sebanyak sekarang.
“Bagi sebagian orang, bermain sepak bola merupakan kegiatan yang sangat melelahkan. Namun bagi mereka yang gemar sepak bola kelelahan tidak jadi soal. Itulah passion!” tegas Zaky.
Hal ini juga yang menjadi prinsipnya ketika harus jatuh bangun dalam memulai Bukalapak.com. Baginya bisnis ibarat olahraga, walau bikin capek, yang namanya sudah gemar, ya pasti selalu dicinta.
Bicara soal jatuh bangun awal pendirian Bukalapak.com, Zaky juga punya pengalaman.
Untuk mendirikan Bukalapak.com memang tidak butuh banyak uang, namun untuk mempertahankan Bukalapak.com tetap hidup di awal pendirian, itu yang sulit.
Kebutuhan dana untuk membiayai maintenance perusahaan dan menggaji karyawan tidak sedikit.
Belum lagi, harus berkali-kali ditolak dan dikomplain oleh customer. Tapi, kata Zaky, itu bukanlah alasan untuk mundur.