Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Bos Bukalapak Pilih Pecat Karyawan yang Malas

Menemukan sumber daya manusia (SDM) yang cocok untuk Bukalapak.com, kata Zaky, tidaklah mudah.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Bos Bukalapak Pilih Pecat Karyawan yang Malas
TRIBUNNEWS / Iman Purnama
Founder dan CEO Bukalapak.com Achmad Zaky saat meresmikan kantor baru di Kemang, Jakarta, Selasa (12/1/2015). 

Awalnya, Zaky terpikir untuk merintis Bukalapak.com setelah cukup berpengalaman dalam membangun sistem IT di beberapa perusahaan.

Ia kemudian berinisiatif untuk membuat sebuah situs belanja online untuk memudahkan masyarakat melakukan proses jual beli.

Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mal untuk bergabung dengan Bukalapak.com. Namun nyatanya, respon pedagang di mal tidak begitu besar.

Bagi Zaky, penolakan sana-sini adalah hal biasa dalam memulai bisnis. Ia kemudian mencari jalan lain. Ia menawarkan kerja sama dengan para pedagang kecil yang mulai mengeluhkan barang-barang mereka yang tidak laku.

Bak gayung bersambut, kerja sama dengan para pelaku usaha kecil itu langsung klop.

Setahun sejak peluncurannya di tahun 2011, Bukalapak.com sukses mengajak sekitar 10.000 pedagang kecil itu.

Disambut ribuan klien dari pedagang kecil, rupanya Zaky juga menarik perhatian para investor.

Berita Rekomendasi

Tidak hanya investor dalam negeri, bisnis Zaky juga diminati inverstor luar negeri. Khususnya investor yang di negaranya e-commerce berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah investor Jepang.

Lima tahun lebih berdiri, kini Zaky memimpin sekitar 500 karyawan. Padahal awalnya, ia hanya memiliki dua orang karyawan.

Itupun akhirnya memilih keluar, sebab perusahaan itu masih kecil. Setelah nama Bukalapak.com dikenal, barulah orang-orang melamar ke situ.

Menemukan sumber daya manusia (SDM) yang cocok untuk Bukalapak.com, kata Zaky, tidaklah mudah.

“Beberapa kali saya harus rugi karena perilaku buruk karyawan, salah satunya karyawan maling yang korupsi,”ceritanya.

Ia sendiri juga sebenarnya tidak bisa berharap banyak saat itu, memang sulit menemukan karyawan yang kompeten untuk perusahaan yang masih mulai berdiri.

Dari pengalaman ini, Zaky belajar untuk menyeleksi calon karyawan dengan lebih baik. Ia bukannya langsung mengharapkan orang dengan kompetensi mumpuni untuk bekerja di perusahaannya.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas