Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Rayakan Ulang Tahun ke-92, Novelis Pramoedya Ananta Toer Jadi Google Doodle Hari Ini

Sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer menjadi sosok yang dikenang di Google Doodle, Senin (6/2/2017) ini.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Rayakan Ulang Tahun ke-92, Novelis Pramoedya Ananta Toer Jadi Google Doodle Hari Ini
GOOGLE INDONESIA
Google Doodle bergambar sketsa Pramoedya Ananta Toer. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer menjadi sosok yang dikenang di Google Doodle, Senin (6/2/2017) ini.

Google merayakan ulang tahun ke-92 pria yang akrab disapa Pram itu, melalui ilustrasi pria berkaos oblong dan berkacamata di laman utamanya.

Sosok Pram diilustrasikan sedang mengetik di balik mesin tik, dilatarbelakangi tuts papan ketik bertuliskan "Google".

"Hari ini, Doodle merayakan ulang tahun Pram melalui sebuah ilustrasi yang memperlihatkan novelis itu duduk di balik mesin ketiknya dan bekerja keras," demikian pernyataan Google.

Disebutkan Pram adalah pendukung hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berekspresi yang ikut melawan penjajahan Belanda dan Jepang.

Lahir 92 tahun silam pada 6 Februari di Blora, Jawa Tengah, Pram berjiwa aktivis politik atas pengaruh dari ayahnya.

Pram sempat terjun di dunia jurnalistik melalui pekerjaannya sebagai juru steno untuk sebuah surat kabar Jepang.

Berita Rekomendasi

Pada 1947-1949, Pram dibui lantaran bersikap anti-kolonial, namun pada saat itulah Pram melahirkan karya pertamanya, novel 'Perburuan'.

Melalui karya-karyanya, Pram juga mengkritik pemerintah dan membuatnya bermasalah dengan pemerintahan Indonesia.

Pada 1969, Pram pernah diasingkan ke Pulau Buru, Maluku, selama satu dekade, lantaran dianggap komunis.

Namun, dalam masa tahanan itu, Pram kembali berkarya dan melahirkan karyanya terbesarnya sepanjang masa, yakni 'Tetralogi Buru'.

Empat buku hasil ketikan Pram di masa pengasingan itu diselundupkan ke luar Indonesia oleh rekannya, seorang pendeta Jerman, agar tidak dimusnahkan.

Sekarang, 'Tetralogi Buru' yang terdiri dari empat buku, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca, sudah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa asing. (Google)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas