Elon Musk Bergabung Kelompok Pakar Kecerdasan Buatan Desak OpenAI Jeda Pengembangan GPT-4, Ada Apa?
GPT-4 merupakan chatbot AI generasi baru dari ChatGPT yang diluncurkan oleh perusahaan riset Amerika yang bergerak di bidang kecerdasan buatan, OpenAI
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Elon Musk bergabung dengan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) dan eksekutif industri teknologi untuk menyerukan OpenAI menjeda pengembangan sistem yang lebih kuat dari GPT-4 selama enam bulan.
GPT-4 merupakan chatbot AI generasi baru dari ChatGPT yang diluncurkan oleh perusahaan riset Amerika yang bergerak di bidang kecerdasan buatan, OpenAI.
Dikutip dari Reuters, pada awal bulan ini, OpenAI yang didukung Microsoft meluncurkan iterasi keempat dari program AI GPT (Generative Pre-trained Transformer), yang telah memukau pengguna dengan kemampuannya seperti membuat lagu dan meringkas dokumen panjang.
Organisasi nirlaba Future of Life Institute (FLI) mengatakan, pengembangan GPT-4 yang lebih canggih harus ditangguhkan karena dikhawatirkan dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi masyarakat.
Baca juga: OpenAI Berencana Rilis Chatbot AI Generasi Baru
"Sistem AI yang kuat harus dikembangkan hanya setelah kami yakin bahwa efeknya akan memberikan dampak positif dan risikonya dapat dikelola," kata FLI melalui surat terbuka yang dikirimnya.
FLI merupakan organisasi nirlaba yang secara khusus berfokus pada dampak dari kecerdasan buatan, bioteknologi, senjata nuklir, dan perubahan iklim.
Organisasi ini terutama didanai oleh Musk Foundation, serta kelompok Founders Pledge yang berbasis di London, dan Silicon Valley Community Foundation, menurut laporan transparansi Uni Eropa.
"AI membuat saya stres," kata Musk pada awal bulan ini.
Sementara Musk sendiri adalah salah satu pendiri OpenAI dan perusahaan produsen mobilnya, Tesla Inc, memanfaatkan teknologi AI untuk sistem autopilot.
Musk sebelumnya telah menyatakan rasa frustrasinya atas sikap regulator yang mengkritik upaya untuk mengembangkan sistem autopilot. Namun, miliarder asal AS ini telah mencari otoritas regulasi untuk memastikan pengembangan AI dapat melayani kepentingan publik.
"Sangat munafik bagi Elon Musk untuk mendaftar mengingat betapa kerasnya Tesla telah berjuang melawan akuntabilitas untuk AI yang rusak di mobil self-driving-nya," kata seorang profesor hukum digital dan informasi di Cornell University, James Grimmelmann.
"Jeda adalah ide yang bagus, tetapi surat itu tidak jelas dan tidak menganggap serius masalah regulasi," tambahnya.
Tesla pada bulan lalu harus menarik lebih dari 362.000 kendaraan di AS, untuk memperbarui perangkat lunak setelah regulator negara tersebut mengatakan sistem bantuan pengemudi dapat menyebabkan crash.