Pengamat: Indonesia Negara Kedua Sasaran Empuk Serangan Siber
Data-data pribadi pengguna e-commerce dan layanan digital lainnya seperti perbankan juga jadi sasaran serangan siber.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, keamanan siber Indonesia masih tergolong lemah.
Ia menyebut lemahnya kemanan siber di Indonesia menjadikan RI sebagai negara kedua terbesar di dunia yang menjadi sasaran empuk dari serangan siber.
"Kita menjadi negara yang kedua terbesar di dunia yang menjadi sasaran empuk dari serangan siber. Tidak hanya menyasar pemerintah, tapi juga serangan siber yang mengambil data-data masyarakat," kata Heru dikutip dari tayangan YouTube Tribunnews berjudul Pasukan Cyber Dibutuhkan Untuk Menjaga NKRI, Jumat (18/8/2023).
Ia mengatakan, data-data pribadi pengguna e-commerce dan layanan digital lainnya seperti perbankan juga jadi sasaran serangan siber.
"Memang selain digital itu memberi suatu kemudahan untuk kita mengakses mendapatkan layanan, tapi sisi lain juga membuka pintu baru bagi penjahat siber masuk ke dalam sistem, mengambil data kita," ujarnya.
Menurut Heru, sektor keuangan menjadi sasaran empuk karena di dalamnya ada uang yang bisa dimonetisasi ketika data itu diambil.
Secara keseluruhan, ia menyarankan perlu adanya kesiapan yang lebih untuk menghalau serangan seperti ini.
"Apakah itu teknologinya, apakah itu SDM-nya. Ini untuk menjawab tantangan keamanan siber di Indonesia yang saat ini tantangannya tidak hanya sifatnya domestik nasional, tapi juga serangan-serangan dari luar," kata Heru.
Baca juga: Serangan Siber Lagi Marak, Perusahaan Perlu Antisipasi Bocornya Data Berharga Pelanggan
Ia menyinggung bagaimana saat warga Indonesia dibuat geger oleh pencurian data yang dilakukan Bjorka, Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) saling lempar tanggung jawab. Dia berharap hal ini tidak terjadi lagi.