Mitratel: Rencana Elon Musk Masuk Indonesia Tak Ganggu Bisnis Telko yang Sudah Ada
Elon Musk tertarik berbisnis telekomunikasi di Indonesia karena karakteristik Indonesia yang negara kepulauan.
Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM — Rencana Elon Musk akan masuk ke Indonesia untuk bermain di sektor telekomunikasi dengan Starlinknya dianggap tidak berpengaruh negatif terhadap operator telekomunikasi yang telah ada.
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, bahwa bisnis telekomunikasi satelit telah ada sejak lama dan berdampingan dengan model bisnia telko lainnya.
“Ini jadi hype karena faktor elon musk-nya. Satelit di Indonesia sudah ada sejak lama,” kata pria yang akrab disapa Teddy ini, Senin (30/10/2023).
Baca juga: WAWANCARA Khusus dengan Menkominfo Budi Arie: IP Address Starlink Harus dari Indonesia
Ia menjelaskan Elon Musk tertarik berbisnis telekomunikasi di Indonesia karena karakteristik Indonesia yang negara kepulauan.
Pada negara kepulauan, jelasnya, Starlink akan memberikan layanan di daerah-daerah terpencil yang layanan telekomunikasinya masih terbatas.
Jadi menurutnya, bila Starlink benar akan masuk ke Indonesia, maka akan menjadi hal yang saling melengkapi.
Ia juga meyakini, kehadiran Starlink, nantinya bakalan bekerjasama dengan operator yang ada di Indonesia, sehingga saling bersinergi.
Mitratel sendiri, jelasnya, tak akan terpengaruh dengan kabar bakal masuknya Starlink. Perusahaan ini akan melanjutkan ekspansi, dan pengelolaan biaya secara lebih efisien termasuk melalui digitalisasi pada proses bisnis, membuahkan hasil positif.
Hal ini tercermin pada pencapaian kinerja perseroan Kuartal III-2023 yang dipublikasikan hari ini (30/10). Pendapatan tumbuh pesat sehingga berdampak pada peningkatan EBITDA dan mengerek laba bersih.
Mitratel membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11,9 persen dari Rp5,6 triliun pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi Rp6,3 triliun pada sembilan bulan pertama 2023 (year on year/yoy).
Perolehan ini didorong oleh peningkatan jumlah menara dan serat optik, baik secara organik maupun anorganik, yang disertai kenaikan jumlah penyewa (tenant) dan kolokasi.
“Sejak sebelum initial public offering (IPO) sampai hari ini, kami terus memperbanyak jumlah menara dan serat optik, terutama di kawasan luar pulau Jawa. Kini, kami menikmati hasilnya dalam bentuk pertumbuhan jumlah penyewa dan kenaikan pendapatan. Tantangan kami ke depan adalah bagaimana meningkatkan produktivitas aset yang tercermin dari kenaikan tenancy ratio, dan efisiensi operasi termasuk melalui digitalisasi sehingga berdampak positif pada kenaikan marjin,” kata Teddy.
Pertumbuhan kepemilikan menara ini berhasil diimbangi dengan kenaikan jumlah penyewa sebesar 10,5% menjadi 55.704 tenant dari sebelumnya 50.390 tenant (yoy).
Sementara jumlah kolokasi melonjak 21,3% menjadi 18.613 dari sebelumnya 15.339 kolokasi (yoy). Sepanjang tahun ini, Mitratel juga berhasil memperpanjang serat optik menjadi 29.042 Km.