Kondisi Keluarga Melarat Ini Kontras Dengan Citra Bali sebagai 'Pulau Surga' Wisata
Di balik citra Bali sebagai 'Pulau Surga' wisata, ternyata masih belum bebas dari wajah-wajah kemiskinan. Seperti di pedalaman Bangli ini.
Editor: Agung Budi Santoso
Saat malam hari Tribun Bali tiba di kediaman Wayan Daftar (40) yang merupakan penghuni pertama di Gege, kedua anaknya tengah tidur di tanah, hanya beralaskan terpal. Tampak spanduk kampanye seorang caleg yang sudah robek di beberapa sisinya dipakai untuk dinding penutup.
Pada rumah lainnya, spanduk kampanye pemilihan gubernur pasangan Mangku Pastika dan Sudikerta, juga Puspayoga dan Sukrawan, dipakai menambal bagian rumah yang berlubang. Gelas plastik bekas minuman, mereka gunakan berulang kali layaknya gelas kaca atau keramik.
“Pakaian mereka sangat sedikit, satu baju bisa dipakai berbulan-bulan. Saya masih tidak percaya ada yang hidup kayak begini, di Bali lo,” kata Joni seraya mengajak Tribun Bali masuk ke dalam rumah seorang warga.
Selain itu, karena tidak ada listrik, sehalri-harinya mereka hanya diterangi sinar matahari dan cahaya bulan.
Wayan Daftar beserta masyarakat setempat mengaku meskipun hidup sangat sederhana dan dalam segala keterbatasan, tapi mereka selalu mencoba mensyukurinya.
Walaupun harus dua jam berjalan untuk anak-anaknya bersekolah dan dua jam hanya untuk membeli beberapa jeriken air di Desa Tembok, Buleleng, mereka belum ada keinginan pindah.
Sebelumnya mereka sempat melapor ke pemerintah Kabupaten Bangli untuk mendapat izin tinggal di tanah milik pemerintah itu. Mereka pun diperkenankan menempatinya dalam rentang waktu 70 tahun, dan diminta untuk melakukan tanam dengan pola tumpang sari. (Ni Ketut Sudiani)