Sembilan Objek Wisata Sejarah Menanti Anda di Palembang
Bumi Sriwijaya ini mimiliki banyak destinasi wisata dan kuliner yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya adalah objek wisata bersejarah.
Editor: Mohamad Yoenus
Koleksinya terdiri dari berbagai benda histografi, etnografi, felologi, keramik, teknologi modern, seni rupa, flora dan fauna serta geologi. Selain itu terdapat rumah limas dan rumah Ulu asli.
6. Bukit Siguntang
Bukit Siguntang adalah gundukan tanah yang paling menonjol di dataran kota Palembang. Bukit yang dipenuhi taman dan pepohonan besar ini dipercaya sebagai kompleks pemakaman raja-raja Melayu. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)
Objek wisata ini merupakan sebuah bukit kecil setinggi 29-30 meter dari permukaan laut dan memiliki luas sekitar 6 hektare.
Bukit Siguntang yang terletak di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I Palembang ini menyimpan banyak sejarah zaman Kerajaan Sriwijaya, pemerintahan perwakilan Majapahit dan Kesultanan Palembang Darussalam.
Hingga kini bukit itu masih dikeramatkan dan diziarahi banyak pengunjung, bahkan wisatawan asing.
Di kaki Bukit Siguntang, dapat menikmati suasana alam dipayungi rindangnya pepohonan seperti asoka, kayuagung, cempedak, pinus, jarak, rukam, kenanga, dan kayumanis.
Sore hari bisa jadi waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan dan pesona indah Kota Palembang ditemani sinar matahari terbenam di antara pepohonan rindang.
Sejumlah peninggalan bersejarah dapat temukan di sini seperti kemudi kapal Sriwijaya yang ditemukan di kaki bukit, arca Buhda Amarawati, dan prasasti Kedukan Bukit yang menjadi bukti penting keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
Dari prasasti tersebut ditetapkan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia tanggal 16 Juni 682 Masehi.
Tanggal itu pula menjadi patokan hari lahir Kota Palembang.
7. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS)
Seorang warga melihat koleksi artefak-artefak tinggalan kerajaan Sriwijaya di kawasan Taman Purbakala Kerajan Sriwijaya (TPKS) di Jalan Syakyakirti Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus Palembang. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)
Objek wisata sejarah ini biasa juga disebut Situs Karanganyar.
Ini adalah taman purbakala bekas kawasan pemukiman dan taman yang dikaitkan dengan kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi utara Sungai Musi di Kota Palembang.
Di kawasan ini ditemukan jaringan kanal, parit dan kolam yang disusun rapi dan teratur yang memastikan bahwa kawasan ini adalah buatan manusia, sehingga dipercaya bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang terletak di situs ini.
Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktivitas manusia.
8. Kampung Kapitan
Mulyadi, Generasi ke-13 Kapitan Tjoa Ham Him membersihkan replika nisan leluhur yang terletak di Rumah Abu Kampung Kapitan, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan SU I, Palembang. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)
Kota Palembang tidak luput dari jejak persinggahan orang-orang Tiongkok.
Hal ini dapat dilihat dari jejak peradaban Tionghoa yang ada di Kampung Kapitan di kawasan Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang.
Dulunya, Kampung Kapitan merupakan sebuah Kampung Cina yang ada di Palembang.
Bukan hanya sebagai pemukiman warga Tionghoa saja, tempat ini memiliki sejarah dan budaya etnis Tionghoa sejak masa Kolonial Belanda.
Kampung ini terletak di pinggir Sungai Musi atau berseberangan dengan Benteng Kuto Besak.
9. Pulau Kemaro
Pulau Kemaro. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)
Terletak di tengah Sungai Musi, sekitar 6 Km dari Jembatan Ampera.
Saat ini Pulau Kemaro adalah salah satu tempat wisata di Palembang yang cukup terkenal.
Di Pulau Kemaro terdapat sebuah vihara yang banyak didatangi oleh umat Budha untuk berdoa dan berziarah.
Di sini juga dapat ditemukan sebuah makam yang merupakan makam dari seorang putri Palembang.
Putri ini mempunyai cerita tersendiri, yaitu dia menikah dengan anak raja dari Tiongkok dengan mas kawin berupa sembilan guci emas.
Namun pada akhirnya, pasangan tersebut menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam.
Selain itu, di Pulau Kemaro terdapat beberapa hal menarik, misalnya Pagoda berlantai sembilan yang dibangun pada tahun 2006, dan Pohon Cinta.
Sebagian masyarakat percaya, bila sepasang kekasih mengukir namanya di Pohon Cinta ini, maka hubungan cinta mereka akan berlanjut sampai ke pernikahan.
Untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus menumpang perahu getek atau bus air dengan jarak tempuh sekitar 15 menit.