Kisah-kisah Misterius Al-Wahhab Bontang, Masjid Berusia 220 Tahun
Pada malam hari masjid tua itu tampak mengeluarkan cahaya. Padahal di sekitar lokasi masjid tak ada sinar lampu, tidak ada penduduk.
Editor: Mohamad Yoenus
Konon, Kesultanan Kutai Ing Martadipura kala itu juga memberikan tanah kepada para perantau ini untuk mengelola lahan.
Karena para perantau ini adalah muslim, mereka kemudian mendirikan masjid persis di sisi anak Sungai Api-api yang bermuara ke Selat Makassar.
Dulunya, anak Sungai Api-Api ini lebar dan dalam. Airnya pun jernih.
Namun seiring perubahan zaman, anak Sungai Api-Api mengalami pendangkalan dan penyempitan.
Tak butuh waktu lama kabar berdirinya Masjid Al-Wahhab di Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara, langsung menyebar luas di seantero bumi etam.
Ketika itu, setiap Salat Jumat banyak jemaah dari jauh yang datang dengan menggunakan perahu.
Di antaranya Santan Kutai Kartanegara, hingga pesisir Kutai Timur (Kutim) yang jaraknya lebih dari 100 kilometer dari Masjid Al-Wahhab.
“Jadi bisa dikatakan masjid ini merupakan tonggak awal perkembangan Islam di Bontang dan wilayah sekitarnya,” ungkap Iwan.
Dari sisi arsitektur, Masjid Al-Wahhab, mengadopsi beragam bangunan arsitektur masjid di Indonesia. Mulai arsitektur masjid Demak, Bugis, Kutai dan Banjar.
Perpaduan ini diyakini tercipta lantaran Masjid Al Wahhab dibangun oleh para perantau dari beragam suku.
“Jadi bangunan ini merupakan simbol keragaman suku yang disatukan dalam Islam,” katanya.
Kini setelah beberapa kali renovasi, Masjid Al-Wahhab telah menjadi kebanggaan warga Kota TAMAN.
Eksitensi Masjid Al-Wahhab sebagai tonggak sejarah berdirinya Kota Bontang tak terbantahkan.
Tidak salah jika dalam perjalanannya pihak pemerintah mematrikkan jargon Bontang sebagai Kota TAMAN, yakni Tertib, Agamis, Mandiri, Aman, dan Nyaman.