Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masjid Sela Yogyakarta, Dibangun Sultan HB I Tahun 1787, yang Masuk Harus Menundukkan Badan

Masjid sela dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I untuk tempat beribadah keluarga Keraton.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Masjid Sela Yogyakarta, Dibangun Sultan HB I Tahun 1787, yang Masuk Harus Menundukkan Badan
Tribun Jogja/Hamim
Masjid ini dinamakan Sela atau batu, karena dalam pembangunannya Masjid ini terbuat dari tumpukan batu yang disusun mengerucut Kemudian disambung cor atap ke atas tanpa tiang. 

Bangunan masjid yang menempati tanah seluas 400 meter persegi ini, memiliki ketebalan tembok sekitar 60 cm.

“Bangunan masjid ini memiliki kesamaan fisik dengan bangunan yang ada di Taman Sari. Jika kita lihat, atap masjid sini sama dengan bangunan-bangunan yang ada di komplek Taman Sari”, terang Ali Tantowi.

Dahulunya di sekeliling masjid terdapat kolam atau jagang, tetapi pada sekitar tahun 50-an kolam tersebut ditutup.

Pantauan Tribun Jogja, pintu masuk ke serambi dan ruang utama tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 170 sentimeter.

Pintu yang tidak terlalu tinggi tersebut bertujuan agar siapa saja yang akan masuk ke dalam masjid untuk menudukan badannya.

Hal tersebut memiliki filosofi, siapa saja yang masuk ke masjid haruslah rendah hati di hadapan Tuhan.

Di dalam masjid, lubang ventilasi juga terlihat tebal dengan model menyempit ke sisi luar.

Berita Rekomendasi

Bentuk ventilasi dan ketebalan dinding Masjid Selo hampir sama dengan Masjid Bawah Tanah Sumur Gumulung yang tebalnya mencapai 1,25 meter.

Di ruang utama juga tidak terdapat tiang sokoguru karena atap masjid langsung dicor.

Sebelum tahun 1965 Masjid Sela hanya dijadikan tempat menyimpan keranda mayat.

Masyarakat tidak berani menggunakan masjid tersebut karena segan dengan pihak Keraton.

“Setelah kejadian G30S/PKI warga merasa membutuhkan tempat untuk beribadah, maka warga sekitar sini menghadap ke pihak Keraton untuk meminta izin menggunakan Masjid Sela”, terang Ali Tantowi.

Hingga saat ini Masjid Sela masih terjaga keasliannya. Ruang utama dan serambi masjid merupakan bangunan asli sejak tahun 1787 dan belum mengalami perubahan.

Pihak Takmir Masjid menambahkan serambi di kanan dan kiri masjid tetapi tanpa merubah bangunan utama masjid.

Pihak Takmir Masjid Sela selalu lapor Pihak Keraton jika ingin melakukan renovasi.

“Kita beberapa kali melakukan renovasi, itupun hanya renovasi kecil berupa pengecatan dan pemberian lapisan anti bocor di atap masjid”, ungkap Ali.

Pihak Keraton Yogyakarta menekankan ke pihak Takmir Masjid Sela untuk tidak merubah bentuk bangunan asli dari masjid tersebut.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas