Gereja Eben Ezer Banjarmasin, Bernuansa Etnik, Ada Kesenian Khas Daerah Setiap Kebaktian
Kebaktian bernuansa etnis ini biasanya digilir sukunya tiap bulan. Misalnya, bulan ini nuansa Toraja, bulan depan lagi Dayak, dan seterusnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Namun sejak 1950, gereja ini mulai membuka diri kepada para jemaat dari suku lain yang ada di Banjarmasin. Karenanya, statusnya kemudian berubah dari Gereja Dayak menjadi Gereja Kalimantan Evangelis (GKE).
Sekarang, jemaat gereja ini tak hanya orang Dayak yang ada di Banjarmasin seperti Dayak Ngaju dan Dayak Manyan, namun juga orang Manado, Batak, Toraja dan Sunda.
Kebaktian bernuansa etnis ini biasanya digilir sukunya tiap bulan. Misalnya, bulan ini yang ditampilkan nuansa Toraja, bulan depan lagi Dayak, dan seterusnya.
Tiap kali kebaktian bernuansa etnis ini, biasanya akan ditampilkan kesenian-kesenian khas daerah tersebut.
Tak hanya keseniannya, bahkan khutbahnya pun berbahasa daerah dari suku yang ditunjuk. Agar jemaatnya paham isi khutbahnya, pengurus gereja menyediakan teks terjemahannya dalam Bahasa Indonesia yang ditampilkan di layar LCD di samping altar.
"Pendetanya ya mau tidak mau harus bisa bahasa daerahnya. Tapi kalau di sini tak masalah karena kami memiliki beberapa pendeta dari berbagai suku yang bisa berkhutbah di sini. Kalau susah, terkadang kami campur juga bahasanya dengan Bahasa Indonesia," ujarnya.
Menariknya lagi, lokasi gereja ini dekat dengan Kampung Arab di Kelurahan Antasan Kecil Barat. Jaraknya hanya beberapa ratus meter.
Warga di Kampung Arab rata-rata beragama Islam, namun umat Kristen tetap bisa beribadah dengan tenang di gereja ini.
"Itulah keunikan gereja kami ini. Keharmonisan antara Islam dan Kristen tetap terjaga," imbuh Wakil Ketua Majelis Jemaat Eben Ezer, Bambang Soerodjo.
Gereja ini sangat mudah dicari karena lokasinya di pinggir jalan. Angkutan umum banyak lewat sini, seperti angkutan kota. Mau kemari naik angkutan kota, bisa memilih jurusan ke Kayutangi, biasanya lewat depan gereja ini.