Kuliner Khas Palembang ini Biasa Disajikan untuk Para Bangsawan
Srikayo sering disajikan untuk para bangsawan pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Yandi Triansyah
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Satu lagi kuliner khas yang banyak menghiasi lapak atau meja para penjual takjil di bulan Ramadan ini.
Orang Palembang biasanya menyebutnya Srikayo atau Sekayo.
Konon, Srikayo sering disajikan untuk para bangsawan pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Hari-hari besar di Palembang seperti perkawinan, hari raya seperti wajib ada penganan yang satu ini.
Kenapa makanan satu ini dinamakan dengan Srikayo?
Srikayo, makanan khas Palembang yang banyak dijual saat bulan Ramadan. (Sriwijaya Post/Yandi Triansyah)
Sebagian besar masyarakat Palembang percaya penamaan itu merujuk pada warna hijau dari pandan menyerupai buah Srikaya.
Namun karena menggunakan ejaan Palembang, Srikaya menjadi Srikayo atau Sekayo.
Makanan yang mirip-mirip puding ini terbuat dari telur, daun pandan, gula pasir, dan santan.
Daun pandan dihaluskan kemudian dicampur dengan santan kelapa. Setelah itu adonan telur yang terlebih dahulu diaduk.
Terakhir campur adonan tadi dengan gula. Kemudian adonan siap dituangkan ke tempat cetakan. Lalu dikukus lebih kurang lima belas menit.
Wangi yang ditimbulkan dari daun pandan mengoda siapa saja untuk memakannya.
Namun bahan baku utama telur dan kelapa sangat terasa ketika mencicipi makanan satu ini.
Selain dihidangkan pada waktu istimewa sekayo juga menjadi penyuci mulut selesai menyantap menu utama. Bisa dikatakan penganti buah.
Seiring perkembangan zaman berbagai variasi membuat sakayo salah satunya dengan menambahkan beras ketan.
Membuat makanan satu ini bertambah nikmat.
Sekarang juga Sekayo bisa dimakan siapa saja. Di Palembang penjual Srikayo mudah ditemui.
Kalau tidak di pasar beduk saat Ramadan, makanan ini bisa ditemui di Pasar Cinde atau Pasar 26 Ilir Palembang.
Untuk satu buah Srikayo dijual Rp 2.000. Sedangkan Srikayo beras ketan Rp 5.000.