Pantai Malin Kundang, Sumbar, Tanpa Pengelola, Banyak Sampah Berserakan
Begitu memasuki kawasan pantai pengunjung akan diberi kebebasan sebebas-bebasnya. Mulai dari bebas parkir hingga bebas membuang sampah di mana saja.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai objek wisata yang berpotensi menarik banyak pengunjung, pantai harus bersih dan terbebas dari sampah.
Sayangnya, "syarat" ini tidak ada di Pantai Air Manis atau yang dikenal dengan Pantai Malin Kundang, Sumatera Barat.
Pantai Air Manis adalah salah satu objek wisata ternama di provinsi Sumatera Barat, namun sangat disayangkan keadaan pantai ini tidak semanis namanya.
Pengelolaan yang tidak teratur dari segala sisinya bisa ditemukan di sini.
Mulai dari 2 kilometer sebelum memasuki area pantai para calon pengunjung telah "disuguhi" lebih dari 4 kali anak-anak yang meminta uang di pinggir jalan.
Dengan menggunakan kardus bekas mereka menginformasikan berapa jauh lagi perjalanan yang harus ditempuh menuju pantai sambil meminta uang seikhlasnya.
Begitu memasuki arena perhelatan pantai pengunjung akan diberi kebebasan sebebas-bebasnya. Mulai dari bebas parkir hingga bebas membuang sampah di mana saja.
Bebas parkir disini maksudnya adalah pengunjung yang membawa kendaraan bebas memarkir kendaraannya di mana saja. Bahkan hingga ke bibir pantai. Bebas. Asal bersiap saja jika mobil harus tergulung ombak.
Tidak terlihat adanya pengelola parkir di pantai ini. Semua pengunjung bebas berhenti dan parkir di mana saja.
"Kebebasan" yang kedua adalah bebas membuang sampah di mana saja. Pengunjung yang hadir di sana, begitu mengijakkan kaki di bibir pantai akan langsung disuguhkan pemandangan sampah yang amat banyak dan berserakan.
Mulai dari sampah plastik hingga sampah sisa makanan.
Jika pengunjung kelaparan dan kehausan di sini jangan khawatir karena para penjaja makanan dan minuman amat mudah ditemukan di sini.
Tapi jangan coba-coba mencari seonggok tempat atau tong sampah karena untuk bisa menemukannya sulitnya minta ampun!
Baiklah, tempat sampah mungkin tidak ada yang peduli untuk menyediakan maka gerakan dan budaya bebas membuang sampah di pantai legendaris ini telah menjadi hal yang amat biasa.
Sebilah papan yang bertuliskan “dilarang membuang sampah sembarangan” pun tidak dapat saya temukan.
Saya sebagai pelancong dari Jakarta dan sebagai pengagum budaya Sumatera Barat amat miris menyaksikan ini semua di depan mata. Sangat jauh dari ekspektasi.
Entah mengapa nampaknya tidak ada pengelola yang benar-benar resmi mengurus pantai yang menjadi objek wisata ini sehingga terjadi berbagai hal-hal negatif di sekitarnya.
Bayangkan, jika Pantai Air Manis ini benar-benar manis dari segala sisinya, bukan tidak mungkin akan semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung.
Artinya, pendapatan daerah pun akan meningkat melalui penataan objek wisata yang maksimal baiknya. (Kompasiana/Dewi Nurbaiti)