Toraja Internasional Festival 2015: Kolaborasi Budaya Indonesia dan Barat di Kuburan Kete Kesu
Musik, tarian, dan budaya dari berbagai daerah dan negara "tumpah" di panggung sederhana Toraja Internasional Festival (TIF) 2015 di Kete Kesu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri
TRIBUNNEWS.COM, RANTEPAO - Musik, tarian, dan budaya dari berbagai daerah dan negara "tumpah" di panggung sederhana Toraja Internasional Festival (TIF) 2015 di Kete Kesu, Toraja Utara.
Selama tiga hari perhelatan, 14-16 Agustus 2015, event ini sukses menyedot kunjungan wisatawan.
Tarian Pagellu. (Tribun Timur/Muthmainnah Amri)
Pihak penyelenggara, Lokaswara, merilis bahwa penonton TIF tahun ini mencapai 5 ribu orang.
Panggung TIF berada di sisi utara Kete Kesu.
Desain panggungnya sederhana dengan sentuhan bambu sebagai pemanis.
Lampu sorot berdiri kokoh di sisi kiri dan kanan panggung.
Deretan Tongkonan mengapit panggung dan penonton, layaknya 'selimut' yang menghangatkan dinginnya malam Toraja.
Budaya Toraja yang mewakili timur dan enam musisi luar negeri yang mewakili barat menjadi satu di TIF 2015 yang setiap harinya berlangsung malam hari.
Di TIF hari kedua misalnya, pengunjung yang datang dari Makassar dan Manado ini disajikan tarian Papangando.
Aksi Kunokini dalam Toraja Internasional Festival (TIF) 2015. (Tribun Timur/Muthmainnah Amri)
Merupakan tarian Toraja yang berakar dari tarian Pagellu dikreasikan khusus penari Toraja.
Pagellu bercerita tentang rakyat saat masa panen.
Maka empat penari perempuan berhasil menari dengan anggun memakai baju adat Toraja.
Teriakan khas Toraja juga bersahut sahutan di kuburan batu Kete Kesu ini.
Band Jakarta, Kunokini juga sukses menghipnotis pengunjung yang memadati kuburan batu tersebut.
Diapit deretan Tongkonan yang bermandikan lampu sorot, para musisi ini membawakan lagu mereka dengan apik.
Kunokini yang beranggotakan Fikri, Bismo, Bebi cs mulai beraksi saat list lagu dinyanyikan.
Para musisis ini sempat berduet dengan violis asal Hongaria, Helga Sedli di lagu Rasa Sayange.
Lagu ini diaransemen khas Kunokini. Menampilkan musikalitas tinggi bernuansa etnik eksperimental.
Event rutin Kementerian Pariwisata yang bekerjasama dengan Pemda Toraja Utara tersebut makin ramai dengan penampilan tarian empat penari asal Uzbekistan.
Grup bernama Yzbegim Yoshlari ini juga sukses melaksanakan tugasnya menghibur pengunjung.
Mereka juga berkolaborasi dengan penari Toraja.
Selain menampilkan kemolekan perempuan Uzbekistan yang memakai kostum tertutup menyerupai kostum India, keempat penari menampilkan dua tarian up beat yang membuat pengunjung laki laki bersorak.
Personil Yzbegim Yoshlari, Gula, mengaku senang dapat berpartisipasi di event tahunan tersebut.
Bahkan penampilan mereka ini menjadi yang pertama di Toraja dan di Indonesia.
Tanpa alas kaki
Dalam pentas kali ini, permainan biola violist asal Hongaria, Helga Sedli seakan menghipnotis pengunjung TIF 2015.
Helga tampil seksi dengan memakai baju longdress satu tali bernuansa etnik.
Namun seperti penampil setaraf dunia yang kebiasaannya suka nyeker, Helga juga nyeker alias tanpa alas kaki di panggung TIF.
Ini membuatnya semakin leluasa bergerak kesana kemari.
Ia membawakan dua lagu berkolaborasi dengan musisi Australia, Ron Reeves dan dua personel Kunokini, Bismo dan Bebi.
Ngopi Gratis
Di venue Toraja Internasional Festival (TIF) 2015, ada stan khusus kopi Toraja disajikan panitia. Siapa yang akan menolak aroma kopi Toraja?
Stan ini disponsori langsung Dinas Kehutanan dan Perkebunan Toraja Utara yang menyajikan kopi arabika.
Sejumlah pengunjung pun memanfaatkan kopi ini karena gratis. Bahkan kue khas Toraja, kue Tori juga disajikan sebagai pasangannya. (*)