Meriahnya Festival Kesenian Yogyakarta, Ribuan Orang Tumpah di Jalan Tonton Pawai Edan-edanan
Dalam pawai tersebut melibatkan lebih dari 1.000 orang dari 30 grup kontingen yang berasal dari berbagai daerah di DIY.
Editor: Malvyandie Haryadi
Para siswa SMKN 1 Yogyakarta, yang tergabung dalam Teater Smero sempat menjadi pusat perhatian para pengunjung yang hadir dalam pawai tersebut.
Mereka datang dengan membawa 80 orang penampil yang semuanya anggotanya adalah perempuan.
Tulis Semero, pelatih sekaligus guru dari para anggota Teater Smero mengatakan, mereka tidak mengetahui apa nama tarian yang mereka bawakan saat itu.
Walaupun begitu, para anggotanya menari dengan sangat gokil dan mencuri perhatian para pengunjung yang datang dalam acara itu.
"Yang jelas, kami di sini ingin menghibur dengan sebuah tarian dan disisipi nyanyian-nyanyian yang berisi tentang kritik Yogyakarta berhati nyaman, lantaran belakangan banyak sekali perilaku masyarakat yang membuat Yogyakarta ini terkesan tak nyaman," ujar Tulis.
Ia mengatakan, contoh kasus seperti narkoba yang meraja lela, tawuran dan segala hal yang membuat resah kerap terjadi di Yogyakarta.
Maka dari itu, selain menarikan tarian yang tak bernama, mereka pun menyanyikan lagu yang sudah terkenal seperti tembanh goyang dumang dan mereka ubah isi liriknya lagunya.
Ia mengatakan, lagu-lagu yang diubah liriknya tersebut menggambarkan tentang keistimewaan Yogyakarta.
Selain itu, seluruh anggotanya pun menggunakan pakaian tradisional yang dipadukan dengan barang-barang bekas seperti botol-botol bekas dan lain sebagainya.
Hal tersebut sengaja mereka lakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada di Yogyakarta.
"Gerakan-gerakannya pun dikonsep agar bisa mencuri perhatian para pengunjung, yaitu dengan gerakan yang lincah, enerjik, dan lucu, serta dipadukan dengan nyanyian yang berisi kritikan," papar Tulis.
Shinta, salah satu penari dalam grup tersebut mengatakan, mereka hanya mempersiapkan penampilan dalam waktu sehari saja.
Namun menurutnya bukan latihan saja yang membuat mereka terlihat kompak, tapi kedekatan personal yang membuat mereka bisa terlihat kompak dan bisa menarik perhatian pengunjung.
"Saya berharap bukan saja untuk kemajuan seni dan budaya di Yogyakarta maupun di Indonesia saja," kata Shinta.