Museum Hakka, Taman Mini, Jakarta: Perjalanan Sejarah Orang Tionghoa di Tanah Nusantara
Model bangunan museum ini mengadopsi contoh bangunan Tulou atau yang terkenal dengan nama "Zhencheng Lou" di pegunungan Fujian, China Selatan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Pada jaman perang dahulu bangunan ini bagian paling atas dibuatkan lubang-lubang tembak yang berguna untuk menghalau para penyerang.
Pada tahun 2008, bangunan Tulou di Fujian dicatat UNESCO sebagai cagar budaya dunia dan dipuji sebagai contoh bangunan yang luar biasa dari sebuah tradisi.
Museum Hakka Indonesia diresmikan oleh mantan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono 30 Agustus 2014.
Ruang Pamer dan Sejarah
Di lantai 2 gedung Museum Hakka Indonesia mempunyai 7 ruang pamer yang menceritakan segala macam perihal Tionghoa.
Ruangan pertama menceritakan sejarah kedatangan orang Tionghoa di Kepulauan Nusantara.
Ruangan kedua menayangkan foto-foto profesi orang Tionghoa pada era kolonial.
Ruang ketiga terdapat ruang "Merah Putih" yang berisikan foto tokoh-tokoh Tionghoa yang berjasa terhadap Nusa dan Bangsa.
Ruangan keempat menerangkan tentang orang Tionghoa di Aceh, Kalimantan Barat, Tangerang, Bangka Belitung, dan lain-lain.
Ruangan kelima menceritakan riwayat Tjong Yong Hian dan Tjong Yao Hian bersaudara (Medan), sejarah Putri Kang Cin Wei.
Ruangan keenam mejelaskan tentang Opera Tionghoa, Potehi, Wayang Kulit, Gambang Kromong, dan sebagainya.
Ruangan ketujuh menyajikan sejarah peranan orang Tionghoa di perfilman, batik hingga kuliner.
Penasaran ingin berkunjung? Museum ini buka setiap hari Selasa sampai Minggu pukul 09.00-16.00 WIB, kecuali hari Senin libur tanpa dipungut biaya tiket masuk.