Bahoi, Keindahan Lautnya Tak Kalah dengan Taman Bunaken, Anda Pun Bisa Nginap di Rumah Terapung
Konon keindahan karang dan spesis ikan di Bahoi tak kalah dengan Taman Nasional Bunaken yang mendunia itu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Masyarakat didorong untuk sadar dan memperbaiki alamnya serta memanfaatkan potensi yang ada.
Upaya WCS itu berhasil, dan warga Bahoi mulai merintis kegiatan pelestarian dan perlindungan kawasan pesisir.
Perahu yang dipakai untuk mengantar wisatawan berkeliling atau snorkeling. (Tribun Manado/Fine Wolajan)
Setelah Bahoi mampu menunjukkan eksistensinya secara mandiri, sejumlah pihak tergerak memberi bantuan.
Di antaranya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Pedesaan (PNPM-LMP).
Usulan kegiatan lingkungan yang didanai dari PNPM-LMP berkaitan dengan kegiatan konservasi untuk perlindungan dan pelestarian kawasan pesisir.
Kegiatan konservasi perlindungan kawasan pesisir yang dikembangkan oleh masyarakat adalah dengan menetapkan Daerah Perlindungan Laut (DPL).
Kawasan itu pun dibuat payung hukumnya berupa Peraturan Desa (Perdes) tentang Daerah Perlindungan Laut.
"Kami menetapkan kawasan DPL yang diatur langsung dalam Peraturan Desa. Di kawasan DPL ini dilarang mengambil ikan, apalagi merusak karang. Hanya bisa berupa kegiatan wisata seperti snorkeling dan diving, atau kegiatan penelitian," ujar Maxi Marhaen Lahading, warga Bahoi.
Usaha membangun DPL itu berbuah manis. Alhasil, ikan berkembang biak dengan baik, keindahan terumbu karang terjaga.
Dulu masyarakat yang mayoritas adalah nelayan harus jauh melaut baru mendapat ikan. Sekarang, di jarak yang sangat dekat pun, ikan melimpah. Kondisi ekonomi pun meningkat.
Desa Ekowisata Bahoi dikelola secara partisipatif dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat.
Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan kelompok masyarakat lainnya terlibat langsung.
Semua fasilitas wisata yang ada dikelola secara oleh warga.
Tamu yang datang menginap ditampung di homestay milik warga.