Belum Pernah Melihat Lumba-Lumba Hidung Botol? Datanglah Ke Teluk Kiluan di Tanggamus Lampung
Belum pernah melihat lumba-lumba hidung botol? Datanglah ke Teluk Kiluan di Tanggamus, Lampung.
Editor: Agung Budi Santoso
Pada umumnya, orang-orang mencari penumpang dengan cara bertanya atau (yang paling keras) berteriak-teriak. Ternyata, tidak hanya itu, di sini supir-supir bis membunyikan klakson untuk menarik penumpang. Bayangkan saja, ada kurang lebih 5 bis besar di depan kami dan semua membunyikan klakson di saat yang bersamaan! Alright! Selamat Datang di Propinsi Lampung!
"Maaf, pak...kami dijemput." "Iya, sudah dijemput." "Gak, pak...makasih." Kalimat-kalimat ini yang bisa kami katakan kepada penjaja jasa transportasi di sana, sambil menunjukkan sikap penolakan karena kami memang sudah memesan travel untuk mengantar ke Lampung. Kami meminta untuk singgah makan siang di sekitar Pelabuhan.
Kemunculan lumba-lumba hidung botol di Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus.
Perjalanan menuju kota Bandar Lampung ditempuh selama kurang lebih 2 jam, lalu kami dioper ke mobil lain dengan travel yang sama untuk menuju ke Dusun Bandung Jaya, Kabupaten Tanggamus. Dimana nanti kami akan langsung bertolak menuju Pulau Kiluan yang tak jauh lagi jaraknya.
Memerlukan waktu 3 jam untuk sampai di sana. Karena sudah kesorean, maka kami sampai di Bandung Jaya pukul 8 malam. Jalan menuju dusun ini belum mulus, naik turun dan bumpy jadi anda harus berhati-hati memilih supir, pastikan supir anda tau pasti jalan menuju dusun ini. Apalagi, minimnya penerangan di sepanjang jalana.
Beruntung supir kami, yang juga pemilik travel adalah warga dusun tersebut, sehingga dia cukup tau bagaimana menaklukkan jalan-jalan rusak itu.
Tiba di Dusun Bandung Jaya, kami diturunkan di rumah Pak Yon. Pak Yon juga memiliki warung yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai dari telur, susu, shampo, sampai mie instan.
Warung ini adalah 'pusat perbelanjaan' terakhir yang bisa anda temui sebelum anda bertolak ke Pulau Kiluan. Jadi, jika anda berencana untuk menginap di pulau dan persediaan anda habis, pastikan anda membekali diri anda sebaik mungkin dengan berbelanja di warung Pak Yon.
Perjalanan menuju Pulau Kiluan tidak lama, hanya 15 menit. Sensasinya adalah ini kami lakukan di malam hari, tanpa penerangan di jukung (kapal kayu milik penduduk atau saya biasa menyebutnya ketinting), dan kondisi perairan di teluk yang tidak kami ketahui pasti. Sungguh gelap gulita, sementara di kejauhan tampak Pulau Kiluan masih agak terang dengan penerangan seadanya dari genset.
Setiba kami di pulau, kami disambut hangat oleh pemilik penginapan. Kami langsung dipersilakan istirahat, dan tentu saja yang kami lakukan pertama kali adalah mencari listrik! Haha... ya ya... kami perlu dengan segera, secara bergiliran, mengisi ulang baterai segala gadget yang kami miliki, maklum... genset ini akan mati besok pagi jam
Penginapan satu-satunya di pulau ini memang tidak bisa dinilai nyaman banget. Yah...cukuplah. Tapi kalau sedang peak season anda juga bisa mendirikan tenda di pulau ini, tentunya dengan pesan singkat pengelola: jangan meninggalkan sampah! Saya salut dengan Abi, yang akhirnya bisa tidur juga, walaupun kamar cukup panas dan ditemani seekor tokek yang ada di balik lemari.
HARI II: bermain dengan Lumba-Lumba
Keesokan paginya, acara kami adalah melihat lumba-lumba! Abi bangun pagi dengan pemandangan yang tidak pernah ia jumpai di Jakarta: pantai pasir putih dengan laut biru, dan matahari yang menyembul di balik bukit.
Dia makin semangat ketika mengetahui bahwa beberapa saat lagi akan menyaksikan antraksi lumba-lumba di 'rumahnya lumba-lumba,' bukan di Ancol!! Wihiiiyyy....
Jukung yang kami pesan sudah tiba. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Saat dimana matahari baru terlihat setengahnya dan ombak belum besar.
Pantai masih sangat tenang, dan kami terpesona dengan kejernihan pantai dan lautnya. Foto sana, foto sini, mengabadikan setiap sudut dan keindahan, sambil bersyukur dalam hati bahwa saya masih diberi kesempatan untuk menikmati alam semegah ini. Puji Tuhan!