Bubur Asyura, Kuliner Orang Banjar yang Hanya Ada Tiap 10 Muharam
Bubur ini berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.
Editor: Malvyandie Haryadi
Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawanya untuk memasak bubur itu.
Seperti yang dilakukan warga Jalan Pramuka, Gang Manunggal RT 10, Banjarmasin.
Tampak kaum hawanya sibuk memotong-motong berbagai sayuran seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe hingga bawang merah.
Sedangkan kaum lelakinya sibuk menyiapkan kompor dan wajan serta menguliti daging ayam.
Mereka memasak untuk kemudian dibagikan ke para tetangga mereka.
Pemandangan serupa juga tampak di tempat lain, yaitu di Jalan Pengambangan, Kelurahan Pengambangan RT 7 RW 1, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Warga menikmati hidangan bubur Asyura. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Para perempuannya, tua dan muda tampak sibuk mengaduk-aduk adonan bubur yang sudah hampir matang.
Mereka bekerja secara gotong royong.
Setelah matang, bubur itu didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat.
"Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan," kata warga setempat, Syamsiah.
Bubur itu dimakan bersama di rumah masing-masing.
Bagi mereka yang berpuasa Asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.
"Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin Bubur Asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua," katanya.
Warga lainnya, Muhammad Hanafi, menambahkan tentang kisah di balik tradisi ini.