Serunya Backpacker ke Pulau Krasian, Ujung Kalimantan Selatan, Mulai Diempas Ombak hingga Ban Bocor
Pulau ini punya keindahan alam yang memesona. Mulai dari pantai, air laut, keramahan masyarakatnya, hingga kuliner khasnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Bayu Aditya Rachman, pada 2014 lalu pernah berkunjung ke pulau ini, menuturkan pengalamannya kepada Banjarmasin Post.
Pulau ini, katanya, memiliki keindahan alam yang memesona.
Mulai dari pantainya, air lautnya, keramahan masyarakatnya, bahasa sehari-hari mereka hingga kuliner khasnya.
"Semuanya menarik. Apalagi, saya ke sana backpackeran. Menginapnya di rumah kepala desanya. Rumah-rumah mereka dari kayu dan kehidupan masyarakatnya sangat sederhana," jelas karyawan salah satu bank milik pemerintah di Banjarmasin ini.
Sore hari di Pulau Krasian. (Dok Bayu Aditya Rachman)
Taraf ekonomi mereka di kelas menengah ke bawah.
Karena tinggal di pulau, rata-rata pekerjaan mereka adalah nelayan.
Tak heran jika kemudian kuliner khasnya kebanyakan berbahan ikan.
Ragam kulinernya, menurutnya, sangat unik dan jauh berbeda dari makanan tradisional di daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan.
Mereka bersuku Mandar.
"Beda sekali makanannya, baru sekali itu saya menemui makanan-makanan tersebut. Saya nggak tahu nama makanannya. Satu-satunya makanan yang ada tersaji di sana dan dimana pun mudah ditemui di Indonesia hanyalah telur dadar. Selebihnya, beda banget, benar-benar kuliner khas suku Mandar dari Pulau Krasian," ungkapnya.
Selama tiga hari dia dan teman-temannya menginap di sana.
Dia benar-benar turut merasakan denyut kehidupan masyarakat setempat seperti apa.
Suasana di Pulau Krasian. (Dok Bayu Aditya Rachman)
Warga sana, sangat jarang yang mengerti Bahasa Indonesia, kecuali sang kepala desa.
"Mungkin bisa dikatakan nggak ada yang bisa Bahasa Indonesia. Sehari-hari mereka bercakap-cakap menggunakan Bahasa Mandar. Saya berbicara sama mereka pakai bahasa isyarat," katanya.