Menikmati Kopi Sanger, Cappucino ala Aceh, Secara Gratis di Festival Kopi Banda Aceh 2015
Sebanyak 50 stan meramaikan Taman Sari, Banda Aceh. Stan-stan tersebut Menyuguhkan beragam kopi dengan citarasa dan keunikan tersendiri.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Budaya minum kopi merupakan suatu tradisi yang sudah sedemikian lekat dengan masyarakat Aceh.
Di provinsi ujung barat nusantara ini, warung kopi berjamur sehingga sangat mudah dijumpai.
Salah satu lumbung kopi terbaik pun berasal dari sini, yaitu kopi Gayo.
Festival kopi pun menjadi even tahunan yang banyak ditunggu-tunggu.
Aksi para penari yang membuka Festival Kopi Aceh 2015. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Pada pergelaran ke-5 kali ini, ajang tersebut mengambil tema ‘Soul of arabica, from Aceh to the world’.
Sebanyak 50 stan meramaikan Taman Sari, Banda Aceh (6-8/11/2015).
Stan-stan tersebut Menyuguhkan beragam kopi dengan citarasa dan keunikan tersendiri.
Tak berlebihan kalau menyematkan Aceh sebagai surga penikmat si bubuk hitam.
Festival kopi dan teh nusantara
Malam itu, Jumat (6/11) pengunjung tumpah ruah ke Taman Sari, Banda Aceh.
Taman yang sudah ada sejak abad ke-17 dan menjadi warisan raja diraja Aceh.
Penari dari dataran tinggi Gayo menghentak panggung utama.
Ilustrasi: Kopi Gayo. (Tribunnews/Reynas)
Menyuguhkan sendratari yang bercerita tentang suka cita petani dalam memanen, mengolah, dan menyajikan kopi.
Selain kopi Gayo dikenal dengan keseniannya yang sudah mendunia, yaitu tarian saman atau tari seribu tangan.
Pembacaaan puisi karya seniman, Fikar W Eda oleh Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal dan musikalisasi puisi oleh komunitas setempat semakin mengukuhkan Gayo sebagai lumbung kopi dan kiblat seni daerah.
Atraksi menumbuk bijih kopi oleh jajaran pemerintah Kota Banda Aceh dan rombongan Kementerian Pariwisata menjadi penanda dibukanya festival.
“Tahun ini festival kopi disandingkan dengan teh nusantara. Kopi merupakan wisata kuliner yang menjadi andalan Aceh, juga Indonesia. Rencananya tahun depan kita akan menggelar festival kopi internasional. Ini bertujuan untuk mencapai target wisatawan mancanegara pada 2016, yaitu 10 ribu orang,” ujar perwakilan Kementerian Pariwisata.
Bijih kopi robusta dan arabika tumbuh baik di daerah dataran tinggi Gayo yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Tenggara.
Warung-warung kopi mulai yang kelas perempatan jalan hingga coffe shop menampung bijih kopi Gayo dan mengakrabkannya dengan para penikmatnya.
Termasuk memasarkan hingga ke luar Aceh dan mengenalkan kepada lidah para pecinta sejati kopi.
Rupa-rupa penyajian kopi
Kopi sanger merupakan kopi tradisional Aceh yang diracik dengan cara disaring secara berulang-ulang guna mendapatkan citarasa kopi yang sempurna.
Sementara kopi pancung merupakan sebutan untuk kopi yang disajikan dalam setengah porsi atau setengah cangkir.
Penyajian seperti ini cukup populer di warung-warung kopi yang tersebar di Aceh.
Adalagi kopi khop yang berasal dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
Kopi ini langsung mencuri perhatian pengunjung dengan cara penyajian dalam cangkir terbalik.
Menikmatinya pun mempunyai seni tersendiri yaitu dengan cara menyesap sedikit demi sedikit tetes-tetes kopi dari celah cangkir di atas piring kecil dengan bantuan sebatang pipet.
Konon penyajian yang demikian telah ada sejak perang dengan Belanda berkecamuk.
Terilhami dari model topi pahlawan nasional asal Tanah Rencong, Teuku Umar.
Kini festival kopi kerab menyajikan bergelas-gelas kopi secara cuma-cuma kepada para pengunjung.
Perlombaan host video memicu para peserta untuk tampil seatraktif mungkin.
Aksi para barista pun tak urung mencuri perhatian pengunjung.
Festival Kopi dan Teh Nusantara resmi ditutup oleh Wakil Walikota Banda Aceh, Zainal Arifin, Minggu (8/11/2015).
Malam penutupan dimeriahkan penampilan musisi nasional, Budi Doremi dan band lokal, Tangke serta tarian guel.
Zainal arifin saat penutupan mengatakan festival kopi akan terus dilaksanakan setiap tahun untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke Banda Aceh dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Dengan acara ini juga akan terus memperkenalkan kopi Aceh seperti arabika, tahun depan rencananya juga akan digelar Festival Internasional Banda Aceh,” ujarnya.
Di Aceh kopi merupakan minuman dengan sejarah panjang di belakangnya.
Budaya minum kopi menjadi tradisi yang hidup secara turun temurun dan lestari hingga kini.
Life begins after coffee.
Sudahkah anda minum kopi hari ini?