Singgah ke Perkampungan Terapung, Belawan, Medan, Rumah bagi Para Nelayan
Anak-anak di sana pun masih bisa bermain memanfaatkan ruang yang ada seperti bermain layang-layang dan lompat tinggi untuk cebur ke laut.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, BELAWAN - Pemandangan perkampungan masih asli di Kampung Terapung atau juga yang sering disebut warga sekitar Kampung Nelayan, Belawan.
Rumah-rumah yang terbuat dari kayu, penyangganya pun kebanyakan juga kayu untuk berdiri dari permukaan laut yang sedalam 2 meter.
Aktivitas warga membenahi kapal, jala hingga menjemur ikan dan udang.
Kawasan ini juga disebut sebagai perkampungan terapung. (Tribun Medan/Silfa)
Ya, mayoritas penduduk kampung ini adalah nelayan, oleh sebab itu disebut warga sekitar kampung nelayan.
Anak-anak di sana pun masih bisa bermain memanfaatkan ruang yang ada seperti bermain layang-layang dan lompat tinggi untuk cebur ke laut.
Permainan yang tentu kini sudah jarang dimainkan anak kota.
Bukannya sedikit, jumlah penduduk di sana bahkan mencapai 565 kepala keluarga (KK).
Sehingga berwisata jelajah kampung unik akan cukup membuat anda penasaran, alasan penduduk bisa menetap dan terus bertambah dan bertahan dengan profesi nelayan di kehidupan modern ini.
Safaruddin, Kepala Lingkungan Kampung Terapung, menuturkan Kampung Terapung ini berdiri sejak 1955 dan hanya sekitar 5-10 kepala keluarga.
Perkampungan nelayan, Belawan. (Tribun Medan/Silfa)
Namun melihat pendapatan nelayan yang menetap di tengah laut dibandingkan nelayan yang bolak-balik rumah di kota dan balik ke laut, lebih tinggi menetap, warga pun berbondong kemari dan tahun ke tahun terus bertambah.
"Alhamdulillahnya, peningkatan jumlah warga menarik perhatian orang kota, dan banyak yang peduli terhadap belajar-mengajar anak-anak penduduk," jelasnya.
Menurutnya, warga yang menetap dari tahun pertama kampung berdiri masih banyak.
Walaupun kini mereka sudah mampu membeli rumah di kota.