Ketika Mentari Pagi Membelah Kabut di Puncak Suroloyo, Bukit Tertinggi di Pegunungan Menoreh
Dari balik kabut putih itu pula, stupa puncak Candi Borobudur yang tampak berwarna hitam muncul di permukaan lautan kabut.
Editor: Malvyandie Haryadi
Masyarakat setempat percaya bahwa puncak ini adalah pertemuan dua garis yang ditarik dari utara ke selatan dan dari arah barat ke timur Pulau Jawa.
Dengan kata lain, jika ditarik lurus dari utara ke selatan, serta dari barat ke timur di atas pulau jawa, maka akan bertemu di puncak Suroloyo.
Mitos inilah yang menyebabkan pada malam satu satu Sura (1 Muharam) kawasan ini sangat ramai dikunjungi baik penduduk, warga setempat, masyarakat Yogyakarta, maupun dari daerah lain.
Mereka kebanyakan melakukan ritual untuk menolak bala yang dipercaya akan datang pada bulan suro.
Puncak Suroloyo terletak di dusun Keceme, Gerbosari, kecamatan Samigaluh, Kulonprogo.
Ada dua jalur untuk bisa mencapai tempat ini yakni jalan Godean – Sentolo – Kalibawang (dari arah Yogyakarta dan Puworejo) dan dari jalan Magelang - Pasar Muntilan – Kalibawang (dari arah Semarang).
Di gardu pandang Suroloyo, gardu paling tinggi, kami membuka perbekalan yang kami beli saat di perjalanan, tepatnya di pasar Balangan, Minggir, Sleman.
Saat kami menikmati jajanan pasar datang seorang turis dari Prancis.
Turis itu bernama Robert, seorang penerjemah Prancis-Inggris.
Kami pun mengajaknya untuk bergabung.
Turis itu terkesan dengan Naga Sari, salah satu makanan khas jawa yang kami bawa.
Enak sekali, ujarnya. Perjamuan makan pun kami tutup dengan minum teh hangat. (M. Iqbal Dawami)