Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Uniknya Atraksi Gajah di Aceh dalam Ritual Karnaval, Olahraga, Hingga Prsosesi Pernikahan

Ini uniknya gajah ketika sudah dilatih menjadi atraksi dalam ritual pernikahan, karnaval dan olahraga.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Uniknya Atraksi Gajah di Aceh dalam Ritual Karnaval, Olahraga, Hingga Prsosesi Pernikahan
Foto-foto: Serambi Indonesia/ Nurul Hayati
Atraksi gajah dalam sebuah ritual serah terima jabatan kepala desa di Aceh. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Konflik antara gajah dan manusia memang bukan rahasia lagi.

Tak terkecuali di Aceh.

Namun hewan herbivora itu sebenarnya mendapat tempat istimewa di Aceh.

Gajah atau yang dalam bahasa lokal disebut dengan Po Meurah berarti hewan yang disegani atau ditinggikan.

Berbagai ritual adat-budaya, olahraga, hingga agama pun tak ketinggalan melibatkan hewan berbelai panjang tersebut.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat populasi gajah Sumatra (elephans maximus sumatranus) yang tersisa sekitar 460 ekor dan tersebar di 16 kabupaten/ kota.



Rupa-rupa atraksi gajah

Dikenal tunduk, patuh, dan setia.

Itulah sederet alasan mengapa gajah mendapat tempat khusus dalam tatanan masyarakat Aceh.

Termasuk membantu evakuasi terhadap musibah seperti saat Aceh luluh lantak dihantam tsunami, akhir 2014 silam.

Begitu juga perkara menghalau gajah liar seperti di Conservation Response Unit (CRU) Trumon, Aceh Selatan, CRU Mane, CRU Sampoiniet.

Bahkan gajah juga pernah diikutkan dalam prosesi pernikahan yang memakai serangkaian ritual adat.

Adalah pengantin pria bernama Faisal (30) pemuda asal Desa Baroh Kuta Batei Kecamatan Meurah Mulia, Kabupaten Aceh Utara diantar ke rumah mempelai wanita di Desa Nibong kecamatan setempat menggunakan gajah.

Pemandangan yang mencuri perhatian banyak orang tersebut terlihat akhir tahun 2015 lalu tatkala Faisal mempersunting dara dari desa tetangga, Rahmawati.

Prosesi pernikahan itu berlangsung meriah.

Pengantin pria naik ke punggung gajah setelah keluar dari rumahnya dengan pakaian adat Aceh.

Lalu gajah membawa pengantin pria tersebut berjarak sekitar 500 meter ke rumah mempelai wanita.

Sesampai di depan lorong menuju rumah Rahmawati, penganti pria sempat turun lalu berjalan kaki ke rumah tempat resepsi dihelat.

Namun, pihak keluarga mempelai wanita, meminta Faisal kembali lagi lorong dan harus diantar dengan gajah sampai depan pintu rumah.

“Saya dulu bernazar saat menantu saya (Faisal) meminang anak saya, sekitar empat tahun yang lalu. Saya berharap dia segera dapat kerja sehingga pesta perkawinan dapat segera dilaksanakan,” ujar Suryani (43) ibu kandung mempelai wanita.

Pemandangan unik juga terlihat ketika kegiatan serah terima jabatan (Sertijab) keuchik (kepala desa) Lam Permai, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (7/2/2015).

Prosesi sertijab itu diisi dengan penampilan delapan ekor gajah terlatih yang didatangkan dari Pusat Pelatihan Gajah Saree, Kabupaten Aceh Besar.

Mantan Kades Lam Permai, Fakhri mengatakan, atraksi gajah tersebut dilakukan atas kesepakatan bersama seluruh warga dan perangkat desa.

“Momen sertijab kades ini kami pandang perlu menyuguhkan sedikit hiburan kepada masyarakat. Karena kami lihat masyarakat selama ini haus hiburan dan jarang melihat pertunjukan seperti ini,” ujarnya.


Atraksi gajah dalam menyambut tahun baru Hijriyah di Aceh.


Dandim 0101/BS Letkol Inf Hasandi Lubis yang hadir bersama Kapolsek Krueng Barona Jaya, AKP Ashari Hendri, dan Danramil Kutabaro, Kapten Inf Wibowo, ikut dikalungkan bunga oleh gajah-gajah terlatih itu.

Gajah juga memeriahkan wonderful Muharram yang digelar Pemkot Banda Aceh 1437 Hijriah atau 13-14 Oktober 2015.

Rangkaian acara yang dipusatkan di Lapangan Blangpadang Banda Aceh itu berlangsung meriah dan disaksikan oleh ribuan warga kota dan sekitarnya.

Panitia mengundang da’i kondang dari Jakarta, Ustadz Yusuf Mansur dan qari internasional, Muhamed Hameed Al Gamal dari Mesir serta entertainer Sarah Vi dan grub nasyid, Raihan.

Lagi-lagi parade tiga ekor gajah yang melintas di depan panggung utama pendapa Gubernur Aceh, mencuri perhatian ribuan pengunjung.

Gajah juga menunjukkan kebolehannya di bidang oleharaga.

Layaknya manusia, tim dari gajah Sumatra dan Aceh melakukan duel di Lapangan Stadion H Dimurthala, Lampieneung, Banda Aceh, (8/2/2015).

Delapan gajah menghibur ribuan warga dengan berbagai atraksi.

Satwa liar yang dilindungi ini memulai aksinya dari memperkenalkan diri hingga penurunan bendara pancacita dengan sukses dalam acara yang digelar Dispora Aceh bekerjasama dengan BKSDA.

Pengenalan delapan ekor gajah terdiri atas 2 jantan dan 6 betina, masing-masing diberi nama Amoy, Abu/Tom Nyang, Liong, Oshin, Neng Lilis, Butet, Isabella, dan Mega.

Mereka mengelilingi lapangan sambil bergandengan.

Aksi kawanan 'Si Bona’ itu sangatlah menggemaskan.

Bahkan gajah juga memberi hormat kepada penonton yang memenuhi pinggir lapangan dengan serentak menundukkan kepala dan kaki kanan disorong ke depan.

Atraksi menaikkan bendera sangat menghibur penonton layaknya dilakukan manusia.

Delapan gajah berbaris rapi, kemudian di pinggir lapangan MC memberi aba-aba lewat mikrofon supaya tiga gajah berjalan dengan mengangkat kaki cukup rapi.

Begitu dekat tiang bendera ketiga gajah memberi hormat dan Butet maju menaikkan bendera dengan memutar besi.

Kemudian dilanjutkan pengalungan bunga kepada Kadispora Aceh, Asnawi, Anggota DPRA Adam Mukhlis, dan Kapolsek Banda Raya AKP Irwan.

Kecerdikan gajah juga terlihat ketika murid SD Lampeuneurut melontarkan pertanyaan matematika, meskipun keliru dan patuh dihukum dengan cara disuruh push up.

Sementara duel gajah Aceh versus gajah Sumatera yang banyak ditunggu-tunggu penonton berakhir imbang, 1-1.

Kesebelasan Aceh yang dihuni Liong di sayap kiri sangat gencar menyerang.

Mega yang menjadi kiper tim Sumatera mampu menahan tendangan Liong beberapa kali dengan pinggulnya.

Tapi gawang Mega akhirnya mampu dibobol oleh Liong.

Meski tampil di bawah guyuran hujan, tim Sumatera langsung membalas.

Lewat kerjasama apik, Tim Sumatera menyamakan kedudukan melalui gol Butet.

Usai permainan bola, digelar penurunan bendera.

MC, Sofyan meminta kepada penonton untuk menyayangi gajah karena mereka pada dasarnya baik, dan bila dilatih khusus, seperti kedelapan gajah ini bisa menghibur masyarakat.

Untuk bisa menyaksikan atraksi-atraksi yang demikian biasanya dikenakan tiket dengan tarif mulai Rp 10 ribuan hingga belasan ribu saja per orang.

Namun anda tak perlu menunggu adanya perhelatan.

Jika ingin melihat atraksi gajah atau berkeliling alam terbuka menungganginya, datang saja ke di Pusat Pelatihan Gajah (PKG) di Saree, Kabupaten Aceh Besar.

PKG dibuka dibuka setiap Hari Minggu dari pukul 10.00 WIB hingga 17.30 WIB.

Cukup membayar Rp 10 ribu saja anda sudah bisa melihat berbagai atraksi gajah atau menungganginya berkeliling lapangan bola.

Namun jika datang pada hari biasa, kita tetap bisa menyewa gajah untuk berkeliling hutan dengan biaya Rp 300.000 per orang selama satu jam.

Demikianlah cara warga Aceh memperlakukan 'Po Meurah' atau 'Si Bona'.

Gajah telah lama menempati kedudukan istimewa dan menjadi sabahat warga Aceh.

Semoga dan selalu.

BERITA REKOMENDASI
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas