Jin De Yuan, Klenteng Tertua di Jakarta yang Sempat Rusak Parah Saat Tragedi Tahun 1740
Tahun 1740 klenteng ini turut dirusak dalam peristiwa pembantaian terbesar etnis Tionghoa dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika memasuki area klenteng, warna merah dan emas mendominasi penglihatan, yang merupakan simbol kemakmuran bagi etnis Tionghoa.
Aroma yong tswa atau biasa dikenal dengan hio juga mengharumkan setiap sudut area tersebut.
Di antara lebih dari seratus klenteng yang ada di Jakarta, terdapat beberapa kelenteng tua yang terkenal.
Salah satunya adalah Klenteng Jin De Yuan yang berada di kawasan Pecinan Lama, Glodok, Jakarta Barat.
Kelenteng Jin De Yuan yang terletak di Jalan Kemenangan III merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta Kota.
Didirikan pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan diberi nama Koan-Im Teng.
Awal mulanya klenteng ini disebut Guan Yin Ting (Kwan Im Teng) atau disebut dengan Paviliun Guan Yin.
Tahun 1740 klenteng ini turut dirusak dalam peristiwa pembantaian terbesar etnis Tionghoa dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Peristiwa tersebut terjadi pada 9-12 Oktober 1740 dan menelan korban 10.000 jiwa. Kejadian ini dikenal dengan Tragedi Pembantaian Angke.
"Ada meja tua yang memang sudah ada dari awal mulai pembangunan kelenteng ini. Meja tersebut merupakan saksi bisu dari perusakan pada tahun 1740," Kata pengurus Kelenteng Jin De Yuan, Yu Ie (35).
Klenteng ini dipersembahkan kepada Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih).
Klenteng ini merupakan salah satu dari empat klenteng besar yang berada di bawah pengelolaan Kong Koan atau Dewan Tionghoa.